Kejadian
saat kelahiran Rasulullah
Muncul di
langit satu bintang, namanya adalah Najmu Ahmad (Bintang Ahmad). Ini adalah salah
satu tanda dalam kitab Taurat. Di Taurat juga disebutkan, ketika
Rasululah lahir ke dunia, maka akan muncul bintang di langit. Bintang
itu dinamakan oleh orang Yahudi sebagai Najmu Ahmad (Bintang Ahmad).
Ketika itu,
di Mekah tidak ada orang Yahudi. Orang Yahudi adanya di Madinah dan Syam.
Mereka melihat munculnya Bintang Ahmad di langit, sehingga mereka semuanya
senang dan membawa kabar gembira kepada yang lain bahwa sudah datang nabi yang
mereka tunggu-tunggu. Sebenarnya orang Yahudi berharap, bahwa Nabi yang akan
datang itu adalah dari kalangan Yahudi (Bani Israil). Tapi ternyata Allah
menjadikan Nabi Muhammad dari Bangsa Arab, sehingga kemudian mereka sangat
membenci Nabi Muhammad.
Selama
mengandung Nabi Muhammad, tidak ada rasa lelah pada Aminah (ibunya Rasulullah),
ia seperti sedang tidak hamil. Bahkan ketika melahirkan Nabi Muhammad
pun, tak ada perasaan lelah itu. Di dalam mimpinya, Aminah melihat cahaya,
yang di sisi cahaya itu terlihat istana-istana yang ada di Syam (Syiria) yang
dimiliki oleh Kisra (Raja) Persia. Ini adalah sebagai tanda, bahwa nantinya
Islam akan sampai ke tempat tersebut.
Ketika
Rasulullah lahir, tali pusatnya sudah terpotong. Ini adalah di luar
kebiasaan. Biasanya, bayi yang baru lahir itu masih ada tali pusatnya. Ada juga
riwayat yang menceritakan, ketika Rasulullah lahir, dia duduk seperti sedang
sujud, tapi kepalanya ke atas melihat langit, dan dia bersandar dengan
tangannya.
Pada masa
itu, ada api yang sangat dihormati oleh orang-orang Majusi. Ketika Rasulullah
lahir, api yang tak pernah mati itu mati seketika, padahal telah sekian
lama api itu selalu menyala. Ada juga danau yang bernama Danau Sawaa, yang
airnya begitu dimuliakan oleh orang-orang Majusi. Ketika Rasulullah lahir, air
danau tersebut tiba-tiba kering.
Ada 14
patung Istana Kisra Persia jatuh tiba-tiba ketika itu. Para tentara
Kisra Persia tentunya terkejut melihat hal tersebut. Hingga dikumpulkanlah para
orang pintar mereka, kemudian diceritkaan hal tersebut. Menurut para cerdik
pandai mereka, bahwa itu merupakan pertanda telah lahir seorang nabi, dia akan
membawa agamanya ke negeri tersebut (Persia). Disebutkan pula oleh cerdik
pandai tersebut, bahwa nabi tersebut dan para pengikutnya akan membunuh 14
orang raja dari turunan Kisra.
Kejadian
setelah Rasulullah dilahirkan
Ketika
Rasulullah lahir, ayahnya (Abdullah) telah meninggal dunia. Setelah dilahirkan,
Rasulullah pertama kali disusui oleh Thuwaiba (pembantu pamannya Rasulullah
yang bernama Abu Lahab). Setelah itu barulah Halimatus Sa’diyah yang menyusui
Rasulullah.
Allah
menjadikan Rasulullah sebagai seorang yatim. Kalau memang Allah memuliakan dan
mencintai Rasulullah, mengapa Rasulullah ketika lahir sudah dijadikan sebagai
anak yatim?
Hikmahnya
Allah menjadikan Rasulullah sebagai seorang yatim supaya tidak ada yang
mempunyai hak terhadap Rasulullah. Sehingga yang mendidik Rasulullah bukanlah
orang tuanya, melainkan Allah yang langsung mendidiknya. Dengan
dijadikan yatim, maka tak ada yang membela Rasulullah, tak ada yang menjaganya,
tak ada yang memuliakannya, sejak kecil hingga diutus menjadi nabi, kecuali
hanya Allah yang menjaga dan membelanya. Sehingga jangan sampai ada yang
mengatakan, bahwa Muhammad menjadi nabi karena diajari oleh orang tuanya.
Rasulullah pernah bersabda:
Allah yang
mendidikku dengan didikan yang sangat suci dan mulia. Sudah
menjadi kebiasaan di negeri Arab, yaitu ketika bayi lahir ke dunia, maka
dipelihara dan dididik di luar kota, yaitu di daerah padang pasir. Hal ini
karena di kota banyak penyakitnya dan kelemahannya. Sehingga memang sengaja
bayi-bayi yang baru lahir itu dikirim ke luar kota. Terkadang orang Badwi yang
berasal dari luar kota datang dari luar kota mencari anak di Mekah yang perlu
disusui untuk dibawa ke tempat mereka.
Halimatus
Sa’diyah ketika itu datang bersama suami dan anaknya. Mereka naik unta yang
sudah sangat tua dan sering sakit. Dengan kondisi unta yang seperti itu,
perjalanan Halimah menjadi tersendat-sendat dan lambat hingga selalu tertinggal
dari rombongan. Halimah dan keluarganya ketika itu dalam keadan sangat susah
dan miskin. Keluarganya hanya memiliki beberapa kambing yang kurus-kurus dan
tak bisa menghasilkan susu.
Ketika
sampai di Mekah, Halimah langsung mencari anak yang mau disusui. Rombongannya
dari Bani Sa’ad juga melakukan hal yang sama. Ketika Nabi Muhammad ditawarkan,
tak ada satu pun dari rombongan Bani Sa’ad yang mau menerima Nabi Muhammad yang
masih bayi itu, karena Muhammad adalah anak yatim. Yang mereka cari adalah
bayi-bayi yang berasal dari keluarga kaya dan masih memiliki orang tua.
Sementara
yang lain mendapatkan bayi untuk disusui, sedangkan Halimah tidak menemukan
bayi tersebut, kecuali tinggal Nabi Muhammad saja yang belum diambil oleh
rombongan Bani Sa’ad. Suaminya mengajaknya pulang, karena memang sudah tak ada
bayi yang bisa diharapkan untuk dibawa. Halimah mengatakan, mengapa tidak
dibawa saja Nabi Muhammad yang masih bayi itu, siapa tahu mereka nantinya akan
mendapatkan berkah. Suaminya tidak mau, karena keluarga Nabi Muhammad adalah
keluarga miskin yang nantinya hanya akan membuat mereka (keluarga Halimah)
repot. Tapi tetap saja Halimah bersikeras untuk membawa Nabi Muhammad.
Akhirnya, suaminya pun menyetujui. Kemudian, Nabi Muhammad pun dibawa oleh
Halimah.
Di dalam
riwayat (seperti dijelaskan oleh para ulama), bahwa walaupun Halimah juga
sedang menyusui anaknya, tetapi air susunya sepertinya tak pernah kering ketika
menyusui Nabi Muhammad. Padahal sebelum menyusui Nabi Muhammad, air susunya
selalu kering, bahkan untuk menyusui anaknya sendiri pun tidak bisa.
Ketika
perjalanan pulang, untanya juga menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Karena
itulah, perjalanan pulangnya bisa lebih cepat, hingga orang-orang yang ada di
dalam rombongannya heran akan hal tersebut.
Sesampai di
kampungnya, ia ingin memberi makan kambing-kambingnya. Ketika ingin memberi
makan kambing-kambingnya itu, dilihatnya ternyata kambing-kambingnya sudah
menjadi gemuk, padahal kampungnya ketika itu sedang berada dalam musim kering.
Orang-orang di kampungnya pun heran akan hal tersebut. Mereka mencari-cari
tempat makan kambingnya Halimah. Setelah dicari-cari, ternyata tempat tersebut
tidak mereka temukan.
Nabi
Muhammad menyusu mepada Halimah selama dua tahun. Selama itulah, keluarga
Halimah mendapatkan keberkahan karena memelihara Rasulullah. Setelah dua tahun
dalam asuhan Halimah, maka dikembalikanlah Rasulullah kepada keluarganya.
Tetapi sebenarnya Halimah juga berharap agar Rasulullah bisa lebih lama lagi
dalam asuhannya. Namun karena memang sudah habis perjanjiannya, maka
dikembalikanlah Rasulullah, walaupun memang Halimah masih menginginkan
Rasulullah berada dalam asuhannya.
Halimah
meminta kepada ibunya Rasulullah agar ia (Halimah) boleh kembali membawa
Rasulullah untuk diasuh. Dengan berbagai alasan, Halimah mengungkapkan
permintaannya itu kepada ibunya Rasulullah. Mengapakah Halimah masih mau untuk
mengasuh Rasulullah? Hal kini karena ketika mengasuh Rasulullah, dia (Halimah)
dan keluarganya mendapatkan kemuliaan, kekayaan, dan keberkahan dari Allah. Ia
takut keberkahan itu akan hilang jika Rasulullah tidak lagi bersamanya.
Akhirnya, karena Halimah selalu meminta seperti itu, maka ibunya Rasulullah pun
membolehkan Halimah membawa kembali Rasulullah untuk diasuhnya.
Kemudian
dibawalah Rasulullah oleh Halimah ke kampungnya lagi. Ketika Rasulullah berumur
6 tahun (ada juga riwayat lain yang mengatakan 8 tahun), terjadilah peristiwa
pembelahan dada Rasulullah dengan tujuan untuk membersihkan hatinya. Waktu itu,
ketika Rasulullah sedang bermain denga anak-anaknya Halimah, tiba-tiba muncul
dua orang yang bercahaya, pakaiannya putih, dan bersayap. Ada juga riwayat yang
mengatakan, bahwa itu adalah Malaikat Jibril.
Rasulullah
dibawa oleh orang yang bercahaya dan berpakaian putih itu, kemudian dada
Rasulullah dibedah (dibelah), diambil hatinya dan dibersihkan di air zamzam.
Suatu riwayat menyebutkan, jantung Rasulullah dibuka, di sisi jantungnya ada
dua ‘alaqah (daging hitam). Daging hitam itu diambil oleh malaikat, kemudian
daging itu dibuang. Setelah itu, jantungnya dibersihkan dan disucikan
menggunakan air zamzam dari surga, kemudian diletakkan lagi di tempatnya
semula. Ketika Rasulullah dewasa, bekas-bekas pembedahan itu masih ada di
dadanya.
Menurut
riwayat yang lain menyatakan, setelah dibersihkan, kemudian diletakkan kembali
ke tempat semula, Allah kemudian memerintahkan malaikat untuk menempatkan
as-sakinah (ketenangan) di hati Rasulullah. Karena itulah, Rasulullah selalu
tenang dan tidak bisa digoda oleh setan. Dua ’alaqah hitam yang ada di jantung
Rasulullah yang kemudian dibuang oleh malaikat, itu sebenarnya adalah tempat
setan untuk mengganggu manusia.
Mengapa
Rasululah dari Arab ? Karena pada saat itu, kemuliaan di seluruh dunia didapat
oleh orang Arab. Rasulullah pernah bersabda di suatu hadis yang shahih.
Disebutkan pada hadis tersebut, bahwa Rasululah meminta kita untuk mencintai
orang Arab karena tiga hal: pertama, karena Islam. Kedua, Alquran. Ketiga,
karena Rasulullah berasal dari Bangsa Arab.
Apakah yang
dimaksud ”Arab” seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah tersebut? Para ulama
menjelaskan, bahwa Arab yang dimaksud itu adalah lisan Arab (lidah arab), bukan
hanya keturunan Arab. Di dalam ajaran Islam, kemuliaan bukanlah berdasarkan
keturunan. Yang mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Dijelaskan oleh para ulama, bahwa yang termasuk
keturunan Arab adalah yang bisa berbicara menggunakan Bahasa Arab. Karena
itulah, umat Islam disuruh mempelajari Bahasa Arab untuk bisa memahami agama,
termasuk juga untuk memahami Alquran dan Hadis Rasulullah. Jadi, siapapun
sebenarnya bisa masuk ke dalam golongan Arab yang dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya jika berbicara dengan Bahasa Arab.