Oleh : Upasaka Dhyanasukha
PENDAHULUAN
Banyak diantara kita yang telah mendengar mengenai meditasi, ada yang telah memahami dan melatihnya dengan tekun, ada yang baru mencoba untuk berlatih dan ada pula yang baru sekedar mendengar dan mulai tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. Isi buku yang sederhana ini tidak saja berguna bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui tetapi justru terutama sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin berlatih meditasi dengan sungguh-sungguh.
Dalam jaman modern sekarang ini, yang diwarnai dengan tingkat aktivitas yang tinggi, selalu serba cepat, serba banyak, serba lebih dari yang lain ternyata mempunyai dampak yang kurang baik bagi keadaan batin dan ketenangan hidup kita. Sehingga banyak diantara kita yang hidup dalam keadaan tegang, penuh khawatir, tidak bisa tidur dan mengakibatkan berbagai penyakit seperti sakit lambung, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan lainnya.
Meditasi, sebagai suatu seni untuk menentramkan batin merupakan suatu ilmu yang sudah kuno, yang berakar lebih dari 3000 tahun yang silam pada peradaban awal di lembah sungai Indus, yang sekarang dikenal sebagai India. Walaupun kuni, ternyata meditasi merupakan suatu alternatif yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan berbagai macam obat penenang, dan obat tidur yang umunya mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan yang parah.
Bahkan lebih daripada itu, meditasi yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membuat si pelaksana hidup lebih wajar, lebih tenteram, dan lebih gembira. Ia akan memiliki sikap hidup yang pisitif, lebih toleran, lebih tangguh, dan lebih tabah.
Berbeda dengan berlatih olahraga, latihan meditasi tidak mempunyai suatu target yang harus dicapai, tetapi memerlukan ketekunan yang luar biasa.
PERSIAPAN
Sebelum mulai berlatih, alangkah baiknya bila kita memahami serba sedikit teori dasar bermeditasi.
Berlatih meditasi tidaklah sama dengan olahraga, yang biasanya bertujuan mencapai prestasi tertentu. Di dalam melaksanakan latiha meditasi, tidak ada prestasi yang harus dikejar, tidak ada orang lain yang harus dilampaui pencapaiannya, karena tujuan meditasi adalah mengendalikan pikiran kita sendiri, dengan mengendalikan pikiran kita sendiri maka kita akan menikmati ketenangan yang dalam; kita tidak lagi dikacaukan oleh pikiran yang memang bersifat selalu berubah-ubah setiap saat.
Perlu pula kita pahami, berlatih meditasi pernapasan bukannya hendak mengatur panjang-pendeknya napas, bahkan semua napas harus sewajarnya. Tidak ada usaha untuk menarik napas sepanjang mungkin, atau usaha menahan napas selama mungkin. Semua napas harus sewajarnya dan alamiah, bila napas itu pendek, ya bernapas pendek; bila bernapas panjang dan halus dikenali pula bahwa kita bernapas panjang dan halus.
Dan bila berlatih dengan tekun, lama kelamaan secara otomatis napas kita akan panjang dan halus, tanpa suatu usaha apapun dan hal ini terjadi alamiah.
Makanan
Haruskah kita berpantang makan daging atau vegetarian bila ingin berlatih meditasi? Pertanyaan seperti inipun sering sekali diajukan, jawabannya adalah bahwa tidak ada keharusan untuk tidak makan daging. Tetapi seperti kita ketahui bersama, pada saat menjelang ajal, makhluk apapun selalu meronta-ronta ingin mempertahankan kehidupannya masing-masing yang sangat berharga itu, dan perasaan takut, gelisah serta ngeri menjelang disembelih ini, masih akan terbawa pada daging yang kita makan dan akan menimbulkan kegelisahan dan perasaan yang sama pula dalam diri kita. Oleh karena itu, terutama bagi pemula, dianjurkan untuk berpantang makan daging yang akan memudahkan mereka untuk menjadi tenang dalam berlatih meditasi. Hal inipun sejalan dengan berpantang makan daging menjadi lebih tenang dan lebih sabar daripada sebelumnya.
Waktu untuk berlatih
Setiap orang mempunyai pola hidup dan aktivitas sehari-hari yang berbeda-beda, ada yang baru sempat meluangkan waktu setelah jam 4 sore, ada yang justru di pagi hari ia berada pada kondisi yang sebaik-baiknya untuk berlatih meditasi. Oleh karena itu pada dasarnya tidak ada waktu tertentu yang terbaik untuk berlatih meditasi. Walaupun umumnya dianjurkan untuk berlatih pada pagi hari antara pukul 4.00 sampai 6.00 dan petang hari antara 5.00 sampai 7.00, tetapi waktu yang berbaik bagi anda, tergantung pada anda sendiri dan itu tidak perlu sama dengan orang lain. Sebagai suatu patokan yang sederhana, waktu yang terbaik bagi anda adalah bila pada waktu-waktu tersebut anda lebih mudah memusatkan pikiran dibandingkan dengan waktu lainnya, maka itulah waktu terbaik bagi anda. Adapun alasan yang menyatakan bahwa umumnya pagi hari pukul 4.00 adalah waktu yang terbaik untuk berlatih, tidak lain karena pada saat itu masih belum banyak kegiatan yang dilakukan, suasana di sekeliling kita masih sunyi senyap, karena itu akan lebih mudah untuk memusatkan perhatian.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah agar berlatih dalam keadaan perut kita tidak terlalu kosong atau lapar, dan juga tidak terlalu kenyang. Bila kita ingin berlatih setelah selesai bersantap, sebaiknya satu jam setelah bersantap untuk memberi kesempatan lambung kita bekerja dengan sempurna melumatkan makanan yagn telah kita telan.
Kapanpun waktu yang kita pilih, ada hal yang harus kita lakukan dalam usaha membina disiplin, yaitu kita harus berusaha agar secara teratur kita berlatih pada waktu yang telah kita pilih. Dengan disiplin yang seperti ini, lambat laun daur biologik dalam tubuh dan batin kita akan menjadi serasi, sehingga pada jam-jam tersebut otomatis seluruh batin dan jasmani bresiap-siap untuk berlatih meditasi.
Mandi
Dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berlatih, agar tubuh kita menjadi bersih dan segar serta tidak mengantuk. Dan jangan lupa, perasaan bahwa badan kita bersih dan segar akan lebih membantu kita memusatkan perhatian dibandingkan bila kita merasa tubuh kita lengket, berminyak, berkeringat, kotor atau bau.
Pakaian
Pakaian yang dikenakan sebaiknya yang cukup longgar sehingga bila anda duduk untuk waktu yang cukup lama tidak ada bagian-bagian tubuh yang tertarik kencang dan menyebabkan kesemutan. Bagi yang tinggal ditempat yang dingin, tentu perlu mengenakan pakaian yang cukup tebal untuk menahan suhu udara yang dingin.
Tempat berlatih
Berlatih meditasi, memerlukan suasana sekeliling yang tenang terutama bagi para pemula. tempat yang tenang itu bisa berupa suatu kamar yang tersendiri, di kebun, di taman, di rumah ibadah pada saat-saat sepi, ataupun di ruang kerja anda sendiri, yang penting adalah kita dapat berada di situ tanpa gangguan dari siapapun untuk waktu yang cukup lama.
MULAI BERLATIH
Sikap duduk
Sikap duduk kita pada waktu berlatih, harus tegal tetapi santai, tidak kaku atau tegang. Salah satu sikap duduk yang dapat membantu berlatih dalam waktu yang cukup lama adalah sikap bunga teratai atau padmasana, yaitu kedua kaki disilangkan satu sama lain. Bagi yang sudah terlatih, sikap ini sangat enak, karena akan membantunya untuk berada dalam posisi tegak dan seimbang untuk waktu yang cukup lama. Sedangkan yang baru permulaan berlatih, bila belum bisa, dapat menggunakan sikap duduk setengah padmasana,yaitu satu kaki disilangkan dibawah yang lain.
Mengendurkan ketegangan
Setelah memiliki sikap duduk yang enak, secara mental kita mencoba mengurutkan dari atas atau ubun-ubun kepala terus ke bawah sampai ke ujung kaki, untuk melemaskan ketegangan otot-otot yang ada, misalnya pada otot-otot kening bila kita terlalu tegang atau kaku menutupkan mata, ini harus dikendurkan, dibuat santai, begitu pula, otot mulut yang terkatup harus tidak kaku, terus perlahan-lahan ke bawah semua otot yang kaku atau tegang dikendurkan. Bila napas terasa tertahan, tariklah napas dalam-dalam dan hembuskan napas perlahan-lahan sampai habis, dan kita akan merasa lebih santai dan kendur. Usaha mengendurkan ketegangan ini dapat dilakukan beberapa kali, dan merupakan suatu usaha pertama dalam meditasi , yaitu pengalihan perhatian kita yang biasannya tertuju keluar jasmani kita menjadi kepada jasmani kita sendiri. Bila sebelumnya kita tidak menyadari ketegangan yang ada pada otot-otot kita, maka dengan latihan mengendurkan ini, kita akan menyadari sepenuhnya betapa berat kerja otot-otot kita yang diberi tegangan tanpa kita sadari.
Bernapas dengan wajar
Dalam berlatih apakah kita perlu menarik napas panjang-panjang?
Perlu diingat pula disini, bahwa berlatih meditasi pernapasan bukanlah bertujuan untuk mengatur napas kita menjadi lebih panjang ataupun menahan napas kita selama mungkin untuk memperoleh kekuatan. Semua usaha untuk mengatur napas itu sebetulnya tidaklah membantu kita untuk mencapai ketenangan yang sesungguhnya; oleh karena itu bila berlatih, napas tidak perlu diatur-atur, tetapi sebaliknya bernapas dengan wajar saja secara alami, dan tubuh kitapun mempunyai mekanisme yang akan membuat napas itu akan menjadi teratur dan panjang dengan sendirinya tanpa campur tangan kita.
Tahap pertama : Menghitung Napas
Menghitung napas ditujuan kepada mereka yang baru pertama kali berlatih meditasi, tujuannya adalah mengikat pikiran kita yang biasannya berkenala kian kemari kepada hitungan napas kita.
Dalam bermeditasi, kita bernapas melalui hidung. Dengan memperhatikan sentuhan napas di ujung hidung, kita mulai menghitung. Setiap kali napas masuk, dihitung, “satu”, napas masuk berikutnya, “dua”, dan seterusnya sampai “sepuluh”. Setelah itu kembalu mulai dari “satu”.
Mengapa tidak diteruskan perhitungannya itu sampai ke seratus atau ke seribu? Karena, tujuan kita bukanlah menghitung berapa kali kita bernapas, tetapi mengalihkan pikiran dan perhatian kita kepada satu objek yaitu napas. Perhitungan hanyalah merupakan saran agar perhatian dan pikiran kita yagn selalu ingin berkelana kemana-mana menjadi terpusat pada satu objek.
Sampai berapa lama latihan menghitung napas ini dilakukan? Seperti disebutkan diatas, menghitung merupakan sarana bagi pemusatan pikiran. Maka bila pikiran sudah dapat terpusat pada napas, kita dapat beralih ke latihan berikutnya yaitu pada latihan “mengikuti napas”.
Tahap kedua : Mengikuti napas.
Bagi mereka yang telah sering berlatih, maka latihan menghitung napas dapat dilompati, langsung melatih mengikuti napas; tetapi bila mengalami kesulitan dapat kembali berlatih menghitung napas, sebagai usaha awal untuk tahap-tahap berikutnya.
“Mengikuti napas” maksudnya adalah kita mengikuti napas dengan penuh perhatian. Hal ini diterangkan sebagai berikut: “Ketika si meditator menarik napas panjang, ia mengetahui bahwa ia menarik napas panjang; ketika ia menarik panjang pendek. Ia mengetahui bahwa ia menarik panjang pendek; ketika ia menghembuskan napas panjang, ia mengetahui bawah ia mengehmbuskan napas panjang; ketika ia menghembuskan napas pendek, ia mengetahui bahwa ia menghembuskan napas pendek.”
“Mengikut napas” berarti memperhatikan pada saat napas itu m,ulai menyentuk ujung hidup, kemudian terus sampai pada ujing akhir dari proses menarik napas, pasa saat itu harus dikenali bahwa napas yang masuk itu berangur-angsur menjadi berhenti. Dan kemudian dimulai proses mengeluarkan napas yang berangus-angsur makin perlahan kemudian berhenti untuk memulai menarik napas.
Perlu diingat, ada pengertian yang keliru mengentai istilah “mengikuti” napas, ada yang beranggapan “mengikuti napas” berarti mengikuti napas dari ujung hidung sampai ke rongga dada ataupun sampai ke perut. Ini adalah pengertian yang keliru. Dengan latihan seperti ini maka akan sulit melangkah ke tahap berikutnya yaitu “memperhatikan sentuhan napas”.
Untuk lebih menjelaskan latihan “mengikuti napas”, ada sebuah perumpamaan, yaitu perumpamaan gergaji. Bila kita mengergaji sepotong kayu, balok misalnya, maka sambil menggerakkan gergaji maju mundur untuk memotong, perhatian kita dipusatkan pada titik sentuhan mata-gergaji dengan balok yang akan kita potong. Kita tidak memperhatikan mata-gergaji yagn telah menyentuh dan bergerak menjauhi titik sentuhan itu, dan kitapun tidak memperhatikan mata gergaji yang belum mengenai titik sentuh itu; perumpamaan dari napas yang masuk dan napas yang keluar sedangkan ujung hidung diumpamakan sebagai titik sentuh antara mata gergaji dengan balok.
Setelah berlatih “mengikuti napas” dengan tekun, maka bila kita dapat memusatkan perhatian kita sepenuhnya pada napas akan timbul ketenangan yang belum pernah kita alami sebelumnya disertai kegembiraan. Dan karena pikiran kita tidak berkeliaran kemana-mana maka jasmani kitapun mulai menjadi tenang, selaras dan terasa menyenangkan. Napas kita masin lama makin halus dan panjang, dan sebagai hasilnya kita merasa menjadi lebih tenang, perasaan letih pun lenyap; bahkan sebaliknya jasmani kita terasa segar menyenangkan.
Berapa lama kita berlatih “mengikuti napas?” Latihan ini diteruksan sampai pada suatu saat, karena ketenangan batin, napas kita makin halus sampai seolah-olah napas itu lenyap. Keadaan ini bisa berlansung beberapa menit lamannya. Dan itulah saat peralihan ke latihan berikutnya yaitu berlatih “memperhatikan sentuhan napas”.
Tahap ketiga: Memperhatikan sentuhan napas.
Karena napas yang makin lama makin tenang dan makin halus sehingga tidak terasa lagi, pada beberapa orang yang mengalami hal ini akan terkejut, karena mengira bahwa dirinya tidak bernapas lagi, tetapi sebenarnya tidak demikian. Sesungguhnya napas itu masih tetap ada, tetapi karena sedemikian halusnya, maka seolah-olah telah lenyap.
Ada sebuah perumpamaan yang berkenaan dengan hal ini, yaitu mengenai perumpamaan petani dengan lembutnya, sebagai berikut:
“Seorang petani yang sudah kelelahan membajak sawahnya, beristirahat melepaskan lelah dibawa pohon yang rindang, kerbaunya dibiarkan merumput di dekatnya. Karena terlalu lelah, ia dengan segera tertidur dengan nyenyak. Menjelang sore hari ia terbangun dan tidak melihat kerbaunya; ia melihat disekelilingnya dan kerbaunya tetap tidak terlihat; maka ia lalu bangkit dan pergi ke tepi sungai tempat ia biasa memberi minum dan memandikan kerbaunya. Dan disana petani itu mendapatkan kerbaunya sedang minum.”
Yang diumpamakan dengan kerbau ialah napas kita, yang akan selalu dijumpai di tempatnya, yaitu di ujung hidung.
Dengan menyadari bahwa napas akan selalu ada sepanjang kehidupan kita, hanya sekarang sangat halus sehingga tidak terasa, maka kita harus kembali memusatkan perhatian kita pada ujung hidung, dan dengan seksama memperhatikan sentuhan napas yang mulai terasa lagi. Betapapun halusnya napas itu, tetap akan terasa di ujung hidung. Jika masih belum terasa, berarti perhatian dan pemusatan pikiran yang diberikan masih kurang kuat.
Dengan usaha ini, kita akan tetap sadar pada sentuhan napas pada ujung hidung, tanpa kehilangan jejak.
Jika pada tahap sebelumnya kita sering tidak tahu salah satu tahap dari pernapasan secara jelas, misalnya hanya tahu tahap pertengahan dan tahap akhir proses pernapasan, maka pada saat ini perlu dikembangkan agar keseluruhan proses pernapasan itu diketahui dengan memberikan perhatian yang sama banyaknya pada setiap tahap.
Dengan latihan yang tekun kitaakan mengetahui secara detail setiap tahap dari proses napas dengan jelas.
Tahap Keempat: Menenangkan Napas
Tahap berikutnya adalah menenangkan napas. Dengan melanjutkan perhatian pada keseluruhan ‘tubuh’ napas (awal, pertengahan, dan akhir dari proses menarik dan mengeluarkan napas) tanpa terputus-putus, akan nyata bagi kita bahwa proses napas itu bergetar atau bergelombang dengan kasar dan demikian pula proses mental yang mengikuti juga menjadi bergetar dan bergelombang sesuai dengan napas untuk berusaha agar pernapasan dan proses mental yang mengikuti menjadi lebih tenang. Karena itu tahap ini disebut sebagai Menenangkan Napas.
Dengan memperhatikan faktor-faktor batin yang menyertai perhatian kita pada sentuhan di ujung hidung, kita mengetahui ada perasaan tenang yang menyertai perhatian kita, Ketenangan ini dikembangkan dengan tetap mempertahankan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung. Dengan tekun usaha ini dilanjutkan sehingga lama kelamaan napas kita pun menjadi halus serta rata; dan demikian pula batin kita menjadi makin tenang, sedangkan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung terus berkesinambungan tidak terputus-putus. Usaha yang kita lakukan ini disebut sebagai “Menenangkan Napas”
Dalam perkembangannya, dengan berlanjutnya usaha menenangkan napas, akan terasa seolah-olah ada ketenangan dengan jelas sampai pada detail-detail proses pernapasan.
Pada tahap ini, akan muncul “tanda” atau gambaran batin yang menunjukkan bahwa telah berhasil mencapai konsentrasi. Tanda-tanda itu berbeda antara satu orang dengan yang lain, misalnya ada yang merasa bahwa ujung hidngnya seperti digosok dengan kapas atau sutera yang sangat lembut. Ada pula yang mengalami seolah-olah ada cahaya yang sangat terang benderang menyilaukan bagai matahari; melihat cahaya warna-warni yang indah. Meskipun demikian, perhatian terhadap ujung hidung tempat sentuhan napas masih tetap kuat dan mantap tidak teralihkan. Munculnya berbagai tanda atau gambaran batin itu merupakan tercapainya tahap awal-samadhi (upacara-samdhi).
MENCAPAI KETENANGAN SAMADHI
Dengan melanjutkan latihan menenangkan napas, maka lambat laun akan dapat mencapai ketenangan samadhi sepeunuhnya yang diawali dengan tercapainya keadaan batin yang dikenal sebagai Dhyana pertama dan seterusnya sampai Dhyana keempat.
Biasanya tahap ini sulit dicapai karena umumnya orang sangat bangga setelah mencapai tahap awal-samadhi, seperti melihat cahaya terang dan berbagai gambaran batin yang lain. Dan pada saat ini, kecerdasan seolah-olah berlipat ganda, banyak masalah yang sebelumnya tidak dapat dipikirkan jalan keluarnya, sekarang tampak mudah. Ia akan memiliki keyakinan yang meluap-luap, ingin menceritakan pengalaman-pengalamannya kepada orang lain, dan rajin menganjurkan teman-temannya untuk berlatih meditasi. Tetapi ini semua sesungguhnya merupakan jebakan bagi para pelaksana meditasi, karena akan mengikatnya untuk tidak melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu samadhi sepenuhnya atau Dhyana.
Untuk melepaskan diri dari perangkap itu, maka kita harus memahami bahwa semua gambaran batin itu bukanlah keadaan samadhi yang sesungguhnya, baru pada tahap awal. Dengan tidak menghiraukan berbagai tanda atau gambaran batin, perhatian diarahkan kembali pada sentuhan napas yang ujung hidung sambil mengembangkan ketenangan yang telah diperolehnya; dan disertai dengan ketekunan maka akhirnya akan mencapai ketenangan samadhi yagn sesungguhnya, yaitu Dhyana Pertama.
Bagi meditator yang untuk pertama kalinya mencicipi ketenangan dalam Dhyana Pertama, maka akan sangat meresap dalam batin sanubari mereka, ketenangan dan kedamaian yang belum prenah dirasakan sebelumnya serta tak akan telupakan, dan ketenangan ini masih akan tersisa beberapa saat atau bahkan beberapa hari sesudahnya.
MANFAAT DARI LATIHAN MEDITASI PERNAPASAN
Sesungguhnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari latihan meditasi pernapasan yang dilakukan dengan tekun. Berikut ini akan diberikan beberapa manfaat dari latihan meditasi ini, yaitu:
1. Memudahkan berkonsentrasi.
Seperti telah dijelaskan di bagian depan, pada tahap awal kita berlatih, selalu terjadi pikiran kita melantur ke mana-mana, dan untuk menjinakkannya, pikiran yang melantur itu disadari diberi komentar ‘pikiran melantur’, ‘melantur;; dan kemudian setelah itu kita pusatkan kembali pada objek semula misalnya menghitung, atau memperhatikan sentuhan. Hal ini terhadi berulang-ulang tak terhitung banyaknya usaha kita untuk mengembalikan pikiran pada objek konsentrasi, sehingga lama kelamaan usaha itu terjadi secara otomatis. Tentunya dalam kegiatan kita sehari-haripun akan terjadi hal yangsama, misalnya bagi pelajar dan mahasiswa yang sedang belajar, bila pikiran itu terbang dari buku pelajaran yang sedang dihadapi, akan dapat segera dikenali dan kemudian dibawa kembali pada objek semula, yaitu buku pelajaran. Demikian pula pada setiap orang yang bekerja ataupun pada ibu-ibu rumah tangga bagi merekapun akan mudah untuk memusatkan pikiran; sehingga tidaklah terjadi kaki tersandung batu, batu yang disalahkan, padahal sebabnya adalah pikiran kita tidak dipusatkan pada langkah kaki.
2. Memberikan ketenangan.
Dalam abad modern yang sangat maju ini, semua orang menjadi berlomba-lomba untuk maju yang diukur dari prestasi mencapai harta dan kedudukan semaksimal mungkin, sehingga semua orang menjadi tergesa-gesa, gelisah, cemas, dan khawatir. Maka dalam dunia yang serba berpacu seperti ini latihan meditasi akan memberikan ketenangan yang sudah menjadi komoditi langka terutama di kota-kota besar.
3. Lebih mengenal diri kita sendiri dan sesama kita.
Jika kita belajar sesuatu, umumnya kita mengarahkan perhatian kita keluar dari diri kita, maka latihan pernapasan ini sungguhnya mengarahkan perhatian kita ke dalam diri kita sendiri sehingga kita akan lebih mengenal diri kita sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan mengenal proses mental yang ada dalam diri sendiri, maka kitapun akan lebih memahami sesama kita, akan menjadi lebih toleran dan tidak cepat tersinggung.
4. Lebih mudah mengendalikan emosi atau kemarahan.
Setiap kali kita berlatih, kita selalu berusaha mengenali proses mental yang muncul yang menggangu konsentrasi kita, seperti perasaan gelisah, cemas, marah, senang, gembira, tanang dan lain lainnya. Latihan yang terus-menerus akan membawa kita pada kebiasaan yang baik, yaitu selalu mengenal bentuk emosi/mental yang muncul, sehingga bila kita tersinggung ataupun marah karena ucapan seseorang, kemunculan marah itu dapat diketahui, dan dapat dilenyapkan dengan segera sebelum bermanifestasi menjadi ayunan tinju ataupun semburan kemarahan kepada lawan bicara kita.
5. Menjadi lebih sehat.
Seperti kita ketahui, sekarang banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh kegelisahan, kecemasan, ketakutan, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Misalnya penyakit darah tinggi, tukak lambung, sembelit, serangan jantung, sukar tidur, dan sebagainya. Dengan latihan meditasi, walaupun baru sedikit ketenangan yang kita peroleh, itupun cukup bermanfaat bagi jasmani kita yang sedang dilanda cemas, begitu pula bagi organ-organ tubuh kita yagn halus dapat bekerja dengan lebih tenang dan beristirahat dengan lebih baik; yang pada akhirnya akan menghasilkan kesehatan yang lebih baik bagi jasmani kita.
Dalam dasawarsa terakahir ini, telah banyak penelitian yang dilakukan di Amerika maupun di Jepang yang telah menunjukkan bukti bahwa bermeditasi sangat bermanfaat bagi batin dan jasmani orang yang melatihnya. Bukti yang diperoleh antara lain:
1. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita
2. Aktivitas otqak kanan dan kiri menjadi lebih seimbang
3. Meditasi jauh lebih bermanfaat daripada tidur hipnotis
4. Pada ketenangan meditasi yagn mendalam. Aktivitas otak menjadi lambat, setara dengan yang dialami orang yang sedang tidur paling nyenyak.
5. Membantu proses penyembuhan pasien penaykit psikomatik
6. Memudahkan berkonsentrasi dalam kegiatan sehari-hari pada para meditator dan hal ini mempermudah mereka mengambil keputusan dalam pekerjaannya
Masih banyak lagi manfaat dari berlatih meditasi yang tidak (dapat) disebutkan disini (satu per satu).
MENGATASI KESULITAN PADA WAKTU BERLATIH
Seperti telah diungkapkan pada awal tulisan, meditasi adalah suatu usaha untuk menundukkan pikiran kita sendiri, dan usaha ini tidak dapt dilakukan dengan bantuan orang lain, hanya dapat dilakukan oleh kita sendiri. Oleh kraena iu pula, hanya kita sendiri yang dapat mengatasi tiap kesulitan yang dialami; sedangkan guru, buku petunjuk ataupun teman lebih yang mengerti hanya dapat membantu dalam bentuk petunjuk-petunjuk yang sepenuhnya tergantung pada kita sendiir untuk dipergunakan atau tidak.
Latihan meditasi memerlukan lebih banyak ketekunan dari pada berbagai latihan fisik aaupun upaya mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Kunci keberhasilan latihan meditasi adalah pada ketekunan dan keuletan dan inipun sepenuah tergantung pada kita sendiri.
Ada beberapa kesulitan yang umumnya dialami oleh para pemula antara lain:
1. Pikiran makin menjadi liar tidak terkendali.
Mengalami hal ini, umumnya kita menjadi takut, sehingga memutuskan untuk menyerah saja dan beranggapan kita tidak berbakat untuk meditasi. Kita perlu memahami bahwa sebenarnya pikiran kita memang liar, bila mulai berlatih dan tampak seolah-olah menjadi makin liar, itu disebabkan karena sebelumnya kita tidak pernah memperhatikn dan mengarahkan pikiran kiat pada suatu objek tertentu. Sehingga begitu kita mulai memperhatikan gerak-gerik pikiran, maka kita mulai menyadari keliaran pikiarn kita sehingga seolah-olah menjadi makin liar. Lagipula sebelumnya pikiran kita bebas berkelana kian kemari dan pada waktu berlatih kita berusaha mengarahkannya kepada satu objek meditasi; yang artinya tidak lain dari mengekang pikiran kita sendiri. Hal ini dapat diibaratkan seperti seekor kuda liar, yang untuk pertama sekali diikat pada sebuah tonggak, ia akan berputar-putar dengan ganas, dan berusaha melepaskan diri dari ikatan.
Untuk mengatasi kesulitan ini, langkah yang dapat diambil adalah menyadari pikiran kita sendiri dengan memberikan komentar dalam batin seperti “pikiran kacau”, “pikiran melantur”, dan sambil komentar, pikiran yang sedang kacau, atau sedang melantur itu diperhatikan dengan seksama, pada saat pikiran melantur itu mulai melemah, saat iu pula kita kembalikan perhatian kita ke objek meditasi kita, yaitu sentuhan napas di ujung hidung.
Jadi, menundukkan pikiran bukanlah dengan kekerasan, tetapi dengan kelembutan, yaitu memperhatikan dulu pikiran kita, baru kemudian setelah agak melemah, kembali ke objek semula.
2. Merasa pusing pada saat membuka mata setelah berlatih
Pada beberapa pemula, mereka akan mengalami rasa pusing pada saat membuka mata seusai berlatih, sehingga mereka takut untuk berlatih seterusnya. Sebenarnya hal ini tidak apa-apa. Ketika kita berlatih dengan tekun, maka lama kelamaan pikiran kita menjadi tenang, ini berarti laju pemakaian oksigen, pembuluh-pembuluh darah menuju otak pun secara wajar menjadi menyempit, dan secara keseluruhan napas kita menyesuaikan diri pula menjadi dalam dan halus, sesuai dengan tingkat kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara otomatis. Kemudian seusai berlatih, ketika kita membuka mata, otak kiat dalam sekejap sudah kembali aktif, sehingga kebutuhan oksigen meningkat dengan mendadak, tetapi karena pada saat itu pembuluh-pembuluh darah yang memasok oksigen ke otak msaih belum siap, masih menyempit, sehingga untuk beberapa saat terjadilah kekurangan oksigen yang mengakibatkan rasa pusing. Beberapa saat kemudian rasa pusing itu akan lenyap dengan sendirinya, kerana pembuluh darah telah menyesuaikan diri lagi untuk mensuplai darah sesuai dengan kebutuhannn. Dengan semakin sering berlatih, maka lama kelamaan otak kitapun menjadi terbiasa dengan suplai oksigen yang lebih sedikit dan pembuluh darah keotak juga makin biasa beradaptasi terhadap kebutuhan yang berubah-ubah, maka rasa pusing itupun tidak akan dialami lagi.
3. Merasa terapung-apung ataupun bergoyang tidak menentu
Perasaan ini timbul karena perhatian yang kurang pada objek meditasi yaitu sentuhan napas di ujung hidung, sehingga pikiran kita mendapatkan kesempatan untuk berkelana kian kemari, dan hal ini menyebabkan kita merasa terapung-apung tidak menentu. Untuk mengatasi hal ini, kita harus kembali ke objek semula yaitu sentuhan napas di ujung hidung.
4. Sama sekali tidak dapat memusatkan pikiran.
Ada beberapa diantara kita yang merasa sangat sulit untuk mengendalikan pikiran, bahkan untuk menghitung napas sampai 10 saja tidak bisa. Dan bila telah berulang kali dicoba masih tetap gagal, maka mereka perlu meneliti kembali kegiatan mereka sehari-hari, yaitu Sila. Apakah mereka melanggar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari! Pancasila disini adalah Upaya dan makan/minum yang memabukkan. Karena, seperti halnya suatu pohon yang besar memerlukan akar-akar yang kuat agar tidak tumbang, maka pohon meditasi memerlukan akar Sila yang kuat untuk dapat berkembang dan menjadi kokoh.
Dan pelaksanaan kelima sila ini perlu ditinjau dengan cermat bila pada tahap tertentu dalam latihan meditasi kita mengalami kesulitan untuk melangkah ke tahap berikutnya.
PENUTUP
Berlatih meditasi penapasan bertujuan memperoleh ketenangan dengan cara memusatkan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung. Sedangkan napas itu sendiri tidaklah diatur agar menjadi lebih panjang atau pendek, tetapi dibiarkan berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga pengamatan pada proses napas juga dapat berlangsung secara wajar dan alamiah.
Walaupun metode meditasi ini telah berusia lebih dari 2500 tahun, namun manfaatnya bagi ketentraman batin umat manusia masih sangat besar; bahkan kemajuan teknologi yang telah dicapai sampai saat inipun belum dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih tentram, malahan sebaliknya, misalnya, teknologi nuklir lebih membuat gelisah dan cemas daripada membawa ketentraman.
Telah ditekankan dibagian awal tulisan ini, latihan meditasi jauh lebih banyak menuntut ketekunan bila dibandingkan dengan latihan yang lain. Oleh karena itu keberhasilan atau kegagalan dalam berlatih aklan lebih ditentukan oleh keuletan dan ketekunan kita. Tanpa keuletan dan ketekunan berbagai rintangan tidak akan dapat teratasi; tetapi nilai dari ketenangan yang diperoleh walaupun itu hanya berlangsung hanya setengah menit saja, luar biasa nilainya bagi kesejahteraan dan kebahagiaan batin kita.