Halaman

Minggu, 17 Februari 2013

Cara Kerja Otak Manusia



"Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagi kalian, pendengaran, penglihatan, dan hati. Amat sedikit kalian bersyukur." (QS Al-Mu'minun:78)
  • Kalau pandangan mata anda mengikuti gerakan putaran bulatan warna PINK, maka anda hanya akan melihat bulatan satu warna yaitu PINK.
  • Tapi kalau mata anda terpusat ke tanda “+“ yang hitam di tengah, maka bulatan yang berputar akan berubah warnanya menjadi HIJAU.
  • Kemudian jika pandangan mata anda konsentrasi penuh ke tanda “+” yang hitam di tengah gambar, maka perlahan-lahan bulatan warna PINK akan menghilang, dan hanya akan terlihat satu saja bulatan yang berputar yaitu warna HIJAU.
Sangat mengagumkan cara otak kita bekerja. Sebenarnya, tidak ada bulatan warna HIJAU, dan bulatan warna PINK juga tidak menghilang.

Rasanya cukup membuktikan bahwa kita tidak selalu melihat apa yang kita pikirkan, atau dengan kata lain kita melihat sesuatu “Bukan apa adanya” tapi “Sebagaimana kita melihatnya.”

Kadang kita menghadapi suatu masalah yang sangat sulit atau sangat berat baik di tempat kerja, di keluarga, di lingkungan masyarakat, maupun masalah pribadi diri sendiri.

Bahkan kadang terlintas pertanyaan di benak kita, “Kenapa demikian berat beban masalah / cobaan yang kita terima?” Padahal kalau kita menerima anugerah / hadiah / kenikmatan yang demikian besar, kita tidak pernah mempertanyakannya, “Kenapa kok saya yang menerimanya?” . Dan kadang kita lupa dengan doa : “Berilah beban yang aku sanggup memikulnya…
Berat atau Ringan
Kecil atau Besar
Masalah atau Bukan Masalah
Sedih atau Gembira
Hukuman atau Pahala
Derita atau Bahagia
Itu semua hanyalah “CARA PANDANG” kita terhadap sesuatu.

Suatu peristiwa atau kejadian yang sama, namun jika melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda serta memaknainya dengan berbeda pula, lalu menyikapinya dengan berbeda juga, maka hasilnya akan berbeda.

Semua hanya ada di benak kita sendiri !

Jika ada suatu peristiwa yang negatif, akan tetapi kita menyikapinya dengan positif, serta memandangnya dengan positif, maka hasilnya pun akanKarena otak kita lah yang membuatnya berbeda ! POSITIF.


Berikut ini adalah Cara kerja otak:
  1. Otak Bekerja Dengan Cara BERTANYA:
    1. “Mau fokus kesana atau tidak?” –> Otak menjawab berdasarkan kepentingan yaitu TUJUAN dan KEYAKINAN.
    2. “Apa artinya hal ini?” –> Otak menjawab dengan asosiasi kenikamatan atau sengsara.
      Asosiasi salah: Nikmat jangka pendek, sengsara jangka panjang.
      Asosiasi benar: Nikmat jangka panjang, sengsara jangka pendek.
      Asosiasi sempurna: Nikmat jangka pendek, nikmat sekali jangka panjang.
    3. “Apa yang akan saya lakukan?” –> Otak menjawab dengan mengarah pada apa yang akan kita hubungkan dengan nikmat dan menjauhi sengsara.
  2. Otak BINGUNG Ketika :
    1. Terlalu banyak fokus;
    2. Ada interupsi dan;
    3. Asosiasi nikmat dan sengsara saling bertabrakan.
  3. Otak FRUSTASI Ketika :
    1. Apa yang diasosiasikan selalu berakhir sengsara;
    2. Apa yang dilakukan hasilnya selalu sengsara.
  4. Cara KOMUNIKASI Otak: Penglihatan; Perasaan/Gerakan dan; Pendengaran.
  5. Dua Hal Yang DIHINDARI OTAK MODERN:
    1. Takut tidak cukup;
    2. Takut tidak dicintai.
  6. Enam Hal Yang DICARI OTAK MODERN:
    1. Kepastian/kenyamanan;
    2. Ketidak pastian/variasi;
    3. Konesksi/Cinta/Relasi;
    4. Signifikan/Unggul/Berbeda;
    5. Tumbuh/Lebih Baik dan;
    6. Kontribusi/Berarti bagi orang lain.
  7. Otak Menjadi DAHSYAT Ketika:
    1. Mampu mengasosiasikan kearah yang sengsara dengan tindakan yang berguna untuk diri sendiri maupun orang lain.
    2. Mengetahui cara untuk mau dan mapu memanfaatkan situasi dalam kondisi apapun untuk kebaikan sendiri dan orang lain.
    3. Mampu mengaitkan asosiasi apa yang harus dikerjakan dengan kenikmatan bila dikerjakan dan kesengsaraan bila tidak dikerjakan.
    4. Punya alasan yang kuat untuk mencapai tujuan.
    5. Akibat terbentuk pola/kebiasaan yang mampu mengartikan asosiasi sempurna.
Masih bingung....?. perhatikan uraian berikut : 
Ambillah sebuah puzzle, lalu acaklah bagian-bagiannya di atas lantai. Anggaplah bagian-bagian itu merupakan seluruh pengetahuan kita tentang dunia. Misalkan beberapa bagian menunjukkan cahaya, beberapa bagian adalah warna, dan lainnya adalah suara. Sekarang ambil bagian-bagian itu satu demi satu dan mulailah menyusun kembali untuk membentuk sebuah gambar. Pekerjaan yang kita lakukan dengan berpikir panjang ini dilakukan seratus kali dalam sedetik oleh otak kita, yang bekerja atas ilham dari Allah. Tahukah kalian, bagaimana itu terjadi?
Otak mengumpulkan informasi yang diterima dari mata, hidung, telinga, kulit, mulut, dll. dan menyimpulkannya. Yang melakukan penyimpulan ini adalah gabungan 100 miliar sel saraf dalam otak kita. Sel-sel ini bekerja tanpa henti dan memungkinkan kalian melihat warna apel yang kita makan, mengenali suara teman baik kita, dan merasakan bau coklat.
Gambar di halaman berikutnya menunjukkan beberapa anak yang tengah bercakap-cakap, mendengar, mencium, berlari, dan tidur dalam otaknya. Tentu ini hanyalah gambar khayal yang tujuannya adalah untuk menunjukkan bagian-bagian tertentu dari otak dan kegunaannya. Sebenarnya, otak terdiri atas sel-sel syaraf, yang bisa dilihat di bawah mikroskop. Apakah sel-sel syaraf bisa melihat boneka kesukaan kita atau rasa es krim coklat? Tentu saja tidak. Hal ini karena sel-sel syaraf terdiri atas bungkahan daging semata. Oleh sebab itu, pastilah ada suatu zat yang sangat hebat yang telah menciptakan dunia mengagumkan ini. Dia adalah Allah. Allah, pemilik segalanya, menciptakan segalanya dengan sempurna dan memberikan kepada kita kehidupan yang indah. Yang harus kita lakukan sebagai balasannya hanyalah bersyukur kepada Allah. Allah telah memberi kita mata dan telinga, misalnya, dan telah menyuruh kita untuk bersyukur kepada-Nya. 

Ok,,semoga artikel ini bisa memberikan sebuah informasi dan manfaat buat anda.

(disadur dari berbagai sumber)

Titik Buta ( BLIND SPOT )

Semua petinju profesional memiliki pelatih. Bahkan, petinju sehebat Mohammad Ali sekalipun juga memiliki pelatih. Padahal jika mereka berdua disuruh bertanding jelas Mohammad Ali-lah yang akan memenangkan pertandingan tersebut.

Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Mohammad Ali butuh pelatih kalau jelas-jelas dia lebih hebat dari pelatihnya? Kita harus tahu bahwa Mohammad Ali butuh pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun karena ia butuh seseorang untuk melihat hal-hal yang "TIDAK DAPAT DIA LIHAT SENDIRI"

Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata sendiri itulah yang disebut dengan "BLIND SPOT" atau "TITIK BUTA". Kita hanya bisa melihat "BLIND SPOT" tersebut dengan bantuan orang lain.

Dalam hidup, kita butuh seseorang untuk mengawal kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser.

↣ Kita butuh orang lain
↷ Yang menasihati,
↷ Yang mengingatkan,
↷ Bahkan yang menegur jika kita mulai melakukan sesuatu yang keliru,
Yang bahkan kita tidak pernah menyadari.

KERENDAHAN HATI kita
↷ Untuk menerima kritikan,
↷ Untuk menerima nasihat,
↷ Dan untuk menerima teguran itulah yang justru menyelamatkan kita.

Kita bukan manusia sempurna. Biarkan orang lain menjadi "mata" kita di area 'Blind Spot' kita sehingga KITA BISA MELIHAT apa yang TIDAK BISA KITA LIHAT dengan pandangan diri kita sendiri.. Mudah2an Bermanfaat :) 
 
sumber : http://zilzaal.blogspot.com/2013/02/titik-buta-blind-spot.html

Benarkah Al-Qur'an Berkata Matahari Tidak Menyebabkan Siang ?

Membaca judul postingan ini mungkin sebagian akan berpikir, "bagaimana mungkin? Bukankah orang-orang dari jaman dahulu kala sampai sekarang tahu dan sadar bahwa siang itu ada karena matahari?" Percaya atau tidak, ternyata Al-Qur'an menyatakan hal itu, dan kebenarannya sudah dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saat ini. Pernyataan yang dimaksud adalah pada surah Asy-Syams ayat 1-4 :

    [91:1] Demi matahari dan cahayanya di pagi hari
    [91:2] dan bulan apabila mengiringinya
    [91:3] dan siang apabila menampakkannya
    [91:4] dan malam apabila menutupinya
Pertama, pada ayat pertama Al-Qur'an menggunakan kata "dhuhaha" dengan asal kata "dhuha" yang berarti "cahaya pagi". Jika di lain ayat Allah menggunakan kata "dhiyaan" untuk menyatakan sinar matahari, disini Allah menyatakan dengan kata "dhuha". Kenapa "dhuha" ? karena "dhuha"-lah cahaya matahari yang tampak di bumi.

Di ayat ketiga Allah menyatakan "dan siang apabila menampakkannya (jallāhā)". "jallāhā" di sini di artikan menampakkan, akan tetapi kata "jalla" yang merupakan kata dasar dari "tajalla" dapat pula di artikan dengan berarti "memuliakan", "mengagungkan" atau "membesarkan" (silakan menggunakan kamus bahasa arab, atau di Arabic-English Lane's Lexicon, atau dapat pula dilihat di corpus.quran.com)

Ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa yang menyebabkan siang  menjadi terang benderang adalah dikarenakan atmosfir bumi memfilter cahaya matahari dan menguatkan dengan cara  menyebarkannya (scattering). Tanpa atmosfir bumi, cahaya matahari yang dirasakan di bumi tidak akan seterang saat ini dan akan jauh lebih berbahaya karena tidak adanya filter.

Kenyataannya, di luar angkasa, cahaya matahari tidak "tampak" seterang di bumi yang mampu menyinari seluruh permukaan suatu planet. Hal ini dikarenakan karena luar angkasa itu sangat gelap. Cahaya matahari nyaris "tertutup malam" seperti yang dikatakan di ayat ke 4 surah Asy-Syam di atas. Siang hari di bulan akan sangat berbeda dengan dibumi. Warna gelap akan tetap mendominasi langit bulan, tidak akan biru terang seperti siang hari di bumi. Ini disebabkan karena "siang" di bulan tidak "mengagungkan" cahaya matahari akibat atmosfer yang tidak memadai.

Di dalam ayat yang lain Allah menyatakan :

    [36:37] Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.

Seperti yang pernah diuraikan pada postingan "Matahari dan bulan mengelilingi bumi" sebelumnya, penggunaan kata "tanggalkan" di sini mengandung arti bahwa malam (kegelapan) mendominasi alam semesta, seperti pigura yang ditanggalkan dari dinding yang berarti dinding yang mendominasi. Di bawah adalah gambar matahari yang diambil oleh NASA, dimana terlihat, walaupun terdapat sinar matahari, sekeliling luar angkasa tetaplah terdominasi oleh malam, sehingga tepatlah istilah siang ditempelkan pada malam, dan pada akhirnya siang ditanggalkan dari malam :

Mari kita perhatikan pernyataan pada ayat yang lainnya :

    [15:14] Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya,
    [15:15] tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan (sukkirat), bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir".

"Sukkirat" pada ayat 15 surah Al-Hijr sebagaimana di sebutkan diatas diartikan sebagai
dikaburkan. "sukkirat" adalah bentuk pasif dari "sukara" yang artinya mabuk. Jadi "sukkirat" juga dapat diartikan sebagai "dikaburkan, disamarkan, atau dibutakan seperti dalam keadaan mabuk". Allah memberitahukan bahwa apabila seseorang pergi ke luar angkasa, mereka akan mendapati pandangan mereka dikaburkan dan digelapkan, karena luar angkasa itu dalam keadaan hitam gelap, tidak berwarna biru terang seperti siang yang terlihat dari bumi, tidak seperti prasangka orang-orang sebagaimana yang teramati dari bumi.

Di surah Al-Lail (91) ayat 1 pun disebutkan bahwa malam (gelap) itu meliputi dan menutupi, yang berarti malam mendominasi alam semesta :

    [Q.S 92:1] Demi malam yang meliputi/menutupi

Jadi, Al-Qur'an menyatakan bahwa siang yang terjadi di bumi tidak dikarenakan karena adanya matahari itu sendiri, melainkan karena siang itu (dengan adanya atmosfir bumi), menguatkan,menyebarkan, dan memfilter cahaya matahari, yang terjadi ketika sebagian permukaan bumi menghadap ke arah matahari, Sesuatu yang dinyatakan 15 abad yang lalu dengan bahasa yang dapat diterima pada jamannya dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan ilmu pengetahuan saat ini.

Tanpa matahari tentu saja tidak akan mungkin ada siang, akan tetapi adanya matahari saja tidak cukup untuk menjadikan siang di bumi seperti yang manusia rasakan. Perlu adanya elemen lain (baca : atmosfer) agar dapat menjadikan sinar matahari yang sampai ke bumi dapat menjadi siang seperti yang dirasakan oleh seluruh makhluk di bumi saat ini.

Bahasa arab yang sangat kaya akan makna, dimana satu kata dapat memiliki banyak makna merunut dari akar-akar katanya maupun dari penggunaan kata itu sendiri, dapat menjadi salah satu alasan mengapa Allah menjadikan bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur'an, wallahu a'lam, seperti hadist yang disebutkan di akhir postingan ini.


Surah Asy-Syams menerangkan tentang Hidrogen dan Helium

Ilmu pengetahuan saat ini menjelaskan bahwa matahari terdiri dari kurang lebih 74% hidrogen (H), 24% helium (He) dan 2% unsur lain. Helium ini sendiri terbentuk dari hasil reaksi energi nuklir terhadap Hidrogen.

Tidak dapat dikatakan sebagai suatu kebetulan kalau surat Asy-Syams, yang berarti matahari, merupakan satu-satunya surah yang seluruh ayatnya di akhiri oleh hamzah (H) and alif (A dalam ejaan arab atau dapat menjadi E dalam ejaan ibrani). H yang berarti hidrogen yang ditambah dengan Energi menjadi HE (helium).

Dan juga sepertinya kurang tepat pula jika dikatakan sebagai kebetulan kalau ternyata Asy-Syams adalah surah ke-91 dalam Al-Quran, yang mana dikutip dari General, Organic, and Biological Chemistry Oleh H. Stephen Stoker, bahwa di alam semesta ini, 91% partikel dasar yang ada adalah Hidrogen dan hampir 9% sisanya adalah helium :

    "All other elemets are mere "imputities" when their abundances are compared with those of these two dominant elements. In this big picture, in which Earth is but a tiny microdot, 91% of all elemental particles (atoms) are Hydrogen, and nearly all of the remaining 9% are Helium".

Jadi, lihatlah bagaimana 91% elemen yang terdapat di tata surya kita, terutama matahari, adalah hidrogen, yang sama dengan nomor urut surah Asy-Syams dalam Al-Qur'an.

Tidak ada yang kebetulan mengenai ketepatan Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, karena Allah telah menghitung segala sesuatunya dengan sangat cermat, dan Al-Qur’an diturunkan dengan ilmu Allah.

    [72:28] ... dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.
    [11:14] ... maka ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah ...

Sekali lagi, betapa Allah telah memperingatkan manusia bahwa segala sesuatunya tidak harus disodorkan secara tersurat, karena tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang berilmu.

    [29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Sumber : http://zilzaal.blogspot.com/2013/02/benarkah-al-quran-berkata-matahari.html

Sabtu, 16 Februari 2013

Sejarah Menarik: Jawa-Sunda Keturunan Nabi Ibrahim AS?

 Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma. Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.


Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim

Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.

Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).

Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.

Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa identik dengan Nabi Ibrahim.

Brahma adalah Nabi Ibrahim
Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.

Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).

Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).

Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya
yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
3. Brahma adalah perlambang monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.

Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah
Yajurveda Ch. 40 V. 8 menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”
Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.
(Sumber : http://rkhblog.wordpress.com/2007/09/10/hindu-dan-islam-ternyata-sama/)

Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).

Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.

Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.

Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.

Monotheisme Ibrahim
Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.

Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.

Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.

Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.

Sumber :

(http://kanzunqalam.wordpress.com/2010/03/14/misteri-leluhur-bangsa-jawa/)

WASIAT YESUS KEPADA PEMUDA AMERIKA!

Oleh: Syaikh Muhammad Hassan

Seorang pemuda Amerika, aslinya berkebangsaan Spanyol, masuk menemui saudara-saudara muslim kita di salah satu masjid New York di kota Brooklyn selepas shalat subuh, kemudian dia berkata kepada mereka, ‘Aku ingin masuk Islam.’
Lalu mereka bertanya, ‘Siapa Anda?’

Dia menjawab, ‘Tunjukkanlah saya, janganlah menanyai saya.”
Kemudian dia mandi, dan mengucapkan syahadat, lalu mereka mengajarinya shalat, kemudian dia shalat dengan kekhusyu’an yang tidak lazim. Seluruh isi masjid pun takjub kepadanya.

Pada hari ketiga, salah satu suadara kita yang telah shalat, menyepi bersamanya, lalu memintanya berbicara seraya berkata kepadanya, ‘Wahai saudaraku, demi Allah, bagaimana kisahmu?’

Dia pun berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku telah hidup tumbuh sebagai orang Nasrani, hatiku sungguh tergantung dengan Yesus al-Masih akan tetapi aku melihat kepada kondisi manusia, kulihat manusia telah berpaling sama sekali dari akhlaq al-Masih.

Maka akupun mencari agama-agama lain, dan membacanya. Lalu Allah melapangkan dadaku kepada Islam. Malam sebelum aku masuk menemui kalian, aku tidur setelah berpikir dalam, dan merenung dalam mencari kebenaran.

Maka datanglah Yesus al-Masih dalam mimpiku, dia mengisyaratkan dengan jari telunjuknya seperti ini, seakan-akan dia mengarahkanku seraya berkata, ‘Jadilah pengikut Muhammad!’

Maka aku pun keluar mencari masjid, kemudian Allah membimbingku kepada masjid ini, lalu aku pun masuk menemui kalian.

Setelah pembicaraan singkat tersebut, muadzin pun adzan untuk shalat Isya’. Pemuda itu pun shalat bersama dengan jama’ah, dan sujud pada rakaat pertama. Lalu imam berdiri setelahnya, akan tetapi saudara kita yang diberkahi itu tidak berdiri, bahkan terus sujud untuk Allah. Maka orang yang disebelahnya menggerakkanya, dan dia pun terjatuh.

Ternyata mereka dapati pemuda tadi telah kembali kepada Allah Ta'ala. Innalillahi wa inna ilai raji’un. Subhanallah…! Ya Allah, tutup usia kami dengan pungkasan yang baik, sebagaimana Engkau telah memberikannya kepada hamba-hamba-mu yang shalih. Kumpulkan kami bersama mereka dalam surga-Mu. Aamiin.

Sumber: Status Majalah Qiblati

Apa komentar Anda?

Pengikut