Halaman

Minggu, 30 Desember 2012

PENILAIAN HASIL BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang Masalah
Setiap anak yang lahir normal ( fisik-mental ) berpotensi menjadi cerdas. Dengan kecerdasan anak itu, anak akan mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Diakui bahwa orang yang cerdas banyak sekali jasanya dalam memajukan umat manusia. Dengan karya dan pandangan-pandangannya yang ilmiah akan mampu membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan menuju tatanan hidup yang lebih baik dan beradab.[1] 
Selama manusia berada di bumi, maka selama itu pula manusia akan membicarakan tentang pendidikan, temasuk masalah-masalah pendidikan. Salah satunya masalah pendidikan yang terus dan akan selalu dibicarakan adalah masalah mutu pendidikan yang rendah. Para pakar pendidikan dan psikologi banyak memberikan pandangan dan analisis terhadap mutu pendidikannya, tetapi hingga saat ini tidak pernah tuntas, bahkan muncul masalah-masalah pendidikan yang baru.[2]
Masalah mutu pendidikan yang banyak dibicarakan adalah rendahnya hasil belajar peserta didik . padahal kita tahu , bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai factor , antara lain, sikap dan kebiasaan belajar, fasilitas belajar, motivasi, minat, bakat, pergaulan, lingkungan baik lingkungan keluarga, teman maupun lingkungan fisik kelas dan yang tak kalah pentingnyaadalah kemampuan profesional guru dalam melakukan penilaian hasil belajar itu sendiri.[3] 
Dalam proses  belajar seorang anak di sekolah tentunya memiliki daya tangkap ( daya serap ) yang berbeda terhadap setiap pelajaran yang diberikan oleh bapak dan ibu gurunya. Perbedaan daya tangkap inilah yang mempengaruhi penilaian hasil belajar siswa
Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) yang didasarkan atas Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) ini, akan berdampak pada perubahan dalam paradigma penilaian hasil belajar, pada kurikulum sebelumnya meskipun sudah dimunculkan wacana penilaian proses belajar namun dalam pelaksanaannya penilaian hasil belajar hanyalah dipusatkan pada penilaian hasil belajar yang biasanya dilihat dari perolehan skor ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum. Dengan perubahan paradigma ini penilaian dipusatkan pada penilaian proses belajar disamping penilaian hasil belajar.[4]
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut :[5]
1.      Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul.
2.      Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik masukan proses maupun keluaran.
3.      Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.
Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga alat penilaian bukan tes.
Pertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian ialah apa yang harus dinilai itu. Terhadap pertanyaan ini kita kembali pada unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Ada empat unsur utama proses belajar mengajar, yaitu :[6]
1.         Tujuan adalah arah dari proses belajar mengajar yang pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.
2.         Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.
3.         Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan.
4.         Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak, yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Dalam menentukan hasil belajar siswa, tentunya ini melalui suatu kegiatan yang dinamakan proses. Dalam proses tersebut juga ada aspek-aspek yang menjadi bahan pertimbangan terhadap penilaian hasil belajar siswa.
1.      Pengertian Proses
Menurut Drs. Rony Gunawan, proses adalah runtunan perubahan peristiwa dan lain-lain.[7] Menurut Dr. Nana Sudjana, proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.[8]
2.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
1). Keterampilan dan kebiasaan,
2). Pengetahuan dan pengertian,
3). Sikap dan cita-cita
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni :
1). Informasi verbal,
2). Keterampilan Intelektual,
3). Strategi kognitif,
4). Sikap, dan
5). Keterampilan Motoris
Benyamin Bloom membaginya dalam tiga ranah, yaitu :
1)        ranah kognitif,
2)        ranah afektif dan
3)        ranah psikomotorik. 
Selain dari kategori hasil belajar tersebut, tentunya ada pengaruh-pengaruh yang menjadikan faktor penilaian dari hasil belajar siswa, yaitu faktor kepandaian, teman, pengajar, dan lingkungan tempat siswa tersebut belajar.
Penilaian hasil belajar kepada siswa didalam dunia pendidikan merupakan salah satu factor yang sangat penting, karena dengan adanya penilaian hasil belajar maka akan terlihat dengan jelas tingkat keberhasilan suatu penyelenggaraan pendidikan ( sekolah ) dalam mendidik siswanya. Adanya penilaian hasil belajar juga akan memberikan gambaran yang jelas tentang prestasi hasil belajar siswa, baik secara individu ataupun menyeluruh.[9]
3.      Pengertian Penilaian Hasil Belajar 
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas, bagaimana yang baik, yang sedang dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria.  Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa cara penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bias bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif.[10] 
2.        Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang dikemukakan di atas, maka kami mengemukakakan beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut :
1)        Bagaimana suasana  penataan lingkungan fisik kelas yang dapat  yang mempengaruhi penilaian hasil belajar siswa ?
2)        Prinsip penilaian yang bagaimanakah yang dapat mensinergikan ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris ?
3.        Tujuan  dan Manfaat 
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
·       Mengetahui penataan lingkungan belajar yang mampu mempengaruhi hasil belajar siswa Mengetahui prinsip-prinsip penilaian yang yang dapat mensinergikan ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik
Sedangkan manfaat dari makalah ini :
·       Hasil dari makalah ini diharapkan dapat menjadi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa program AKTA IV.
·       Hasil dari makalah ini diharapkan menjadi kontribusi bagi pengembangan pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Penataan Suasana Lingkungan Fisik Kelas  yang  Mempengaruhi Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penelitian. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini adalah karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya.[11] 
Penialain hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini disyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris, oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai oleh siswa ( kompetensi ) menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pembelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.[12]
Lingkungan belajar adalah situasi yang ada di sekitar siswa pada saat belajar. Situasi ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Bayangkan jika Anda memasuki ruangan kelas yang lantainya bersih, tempat duduk dan alat pelajaran ditata dengan rapi, pajangan diletakkan pada tempat yang tepat, dan ada bunga di meja guru. Apa yang Anda rasakan? Ya.... kita akan dapat mengajar dengan tenang serta menyenangkan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Siswa akan belajar dengan tenang dan nyaman.[13] Dengan demikian siswapun dalam menerima pelajaran akan lebih mudah karena didukung oleh situasi lingkungan yang nyaman, sehingga hasil yang dicapai setelah proses belajar akan lebih maksimal. 
Penataan lingkungan yang dimaksud adalah penataan lingkungan fisik kelas. Lingkungan fisik kelas yang baik adakah ruangan kelas yang menarik, efektif, serta mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Kelas yang tidak ditata dengan baik akan menjadi penghambat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga juga akan berpengaruh pada penilaian hasil belajar siswa.[14]
Menurut Louisell ( 1992 ), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :[15]
1)        Keleluasaan Pandangan ( Visilibility ) Artinya penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa sehingga siswa dapat secara leluasa memandang guru serta guru juga dapat memandang semua siswa setiap saat menyajikan materi pelajaran.
2)        Mudah Dicapai ( Accessibility ) Meletakkan alat-alat peraga di tempat yang tepat dan mudah dijangkau oleh guru dan siswa.
3)        Keluwesan ( Flexibility ) Barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk dipindah-pindahkan sehingga mudah ditata sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.
4)        Kenyamanan. Prinsip kenyamanan ini berkaitan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas. Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan produktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran.
5)        Keindahan. Kelas yang indah dan menyenangkan menggambarkan harapan guru terhadap proses belajar yang harus dilakukan dan terhadap tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran.
 Penataan lingkungan fisik kelas yang nyaman dan baik tentunya akan memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa. Kondisi fisik kelas yang nyaman akan menjadikan pelajaran lebih mudah diterima, dimengerti dan dipahami sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik dan maksimal.
B.       Prinsip-prinsip Penilaian 
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. [16] 
1.      Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang dibagi atas dua aspek, yaitu :
A.  Aspek kognitif tingkat rendah, yang terdiri dari :
a.    Pengetahuan atau ingatan, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, defenisi, pasal dalam undang-undang.
b.    Pemahaman, maknanya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya.
B.  Aspek kognitif tingkat tinggi, yang terdiri dari :
a.    Aplikasi, penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
b.    Analisis, usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
c.    Sintesis, pernyataan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.
d.   Evaluasi, pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode dan materi.
2.      Ranah  Afektif 
Berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3.      Ranah Psikomotoris 
Berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada tiga aspek dalam ranah psikomotoris, yaitu :
A.  Gerakan refleks ( keterampilan pada gerak yang tidak sadar ), Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
B.  Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain
C.  Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks yaitu Kemampuan yang berkenan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.[17] Namun tidak berarti bahwa ranah-ranah yang lainnya tidak dipakai dalam menilai hasil belajar siswa, maka untuk bisa mensinergikan ( menyatukan ) ranah-ranah tersebut ada prinsip-prinsip penilaian yang harus diperhatikan, yaitu :[18]
Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penelitian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil balajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakan.
Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. “ Tiada proses belajar mengajar tanpa penilaian “ hendaknya dijadikan semboyan bagi setiap guru.
Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan perstasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penelitian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Demikian juga data hasil penelitian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya.
Demikianlah prinsip-prinsip yang bisa dijadikan acuan dalam menyatukan penilaian hasil belajar siswa dari ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotoris.


BAB III
PENUTUP

1.    KESIMPULAN
Lingkungan fisik yang mempengaruhi lancarnya pembelajaran adalah tatanan ruangan kelas dan isinya, dimana guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip keleluasaan pandangan ( visibility ), kemudahan dalam mencapai ( accessibility ) keluwesan ( flexibility ) kenyamanan dan keindahan, sehingga hasil belajarpun bisa lebih baik dan maksimal.
Kategori hasil penilaian yang banyak dipakai adalah dengan menggunakan ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotoris, yang masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan.
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Dkk, Suciati, 2007, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka.
Nana, DR. Sudjana, 1999, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Negeri, Universitas Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif, Makassar : Tim Dosen Universitas Negeri Makassar.
Sumber Lain
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2001, Terbit Terang, Surabaya.
Makalah “ Penilaian Portofolio “ oleh Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2010.
Makalah “ Prinsip-prinsip Penilaian Matematika SMA “ oleh Drs. Setiawan, M.Pd, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, Yogyakarta, 2008.
Makalah “ Penilaian Hasil Belajar “, Direktorat Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008.
Laporan  “ Sistem Informasi Penilaian Hasil Belajar Siswa Berbasis Web pada SMK Neg. 5 Bandar Lampung “, A. Ferico Octavian Syah P.



[1]     Universitas Negeri Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif.
[2]     Makalah Penilaian Portofolio, 2010, oleh Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Fak. Ilmu Pendidikan Indonesia, Bandung, hlm. 2
[3]     Ibid, hlm. 2
[4]        Makalah Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA, 2008, Oleh Drs. Setiawan, M.Pd, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Yogyakarta, hlm. 1
[5]        Dr. Nana Sudjana, 1999, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya,  Bandung, hlm. 1.
[6]    Ibid, hlm. 22.
[7]    Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2001, Terbit Terang, Surabaya.
[8]    Dr. Nana Sudjana, op. Cit, hlm. 22.
[9]    Laporan, Sistem Informasi Penilaian Hasil Belajar Siswa Berbasis Web pada SMK Neg. 5 Bandar Lampung, A. Ferico Octavian Syah. P, hlm. 1
[10] Makalah Penilaian Hasil Belajar, 2008, Direktorat Tenaga Kependudukan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, hlm. 4
[11] Ibid, hal. 34
[12] Ibid, hlm. 4 - 5
[13] Suciati, dkk, 2007, Belajar dan Pembelajaran, Universitas Terbuka, Jakarta, hlm. 53
[14] Ibid, hlm. 55
[15] Ibid, hlm. 55 - 58
[16] Dr. Nana Sudjana, Op. Cit. hlm 22 -  31
[17] Ibid, hlm. 23
[18] ibid, hlm. 8 - 9

Apa komentar Anda?

Pengikut