Halaman

Senin, 30 Agustus 2010

Cara Mudah Sembuhkan Diri Sendiri…

Sebelum melakukan teknik visualisi di bawah pastikan anda berada di dalam keadaan tenang, tutup mata dan tarik nafas sedalam-dalamnya dan lepaskan perlahan-lahan selama 3 kali. Bayangkan anda berada di tempat yang membuatkan anda merasa tenang (mungkin di tepi pantai).
Tarik nafas, rasakan dan bayangkan udara yang Anda hirup adalah energi yang membersihkan segala organ-organ dan juga sel-sel di tubuh anda. Lepaskan nafas dan bayangkan segala kerisauan / penyakit keluar bersamaan dengan nafas yang di hembus dalam bentuk asap hitam. Buatlah beberapa kali dan bayangkan tubuh semakin bersinar-sinar dan bertenaga. Bayangkan anda berada dalam keadaan gembira melakukan apa yang anda sukai.
Cara yang keduanya ialah membayangkan bola energi masuk melalui kepala dan secara perlahan-lahan turun ke tapak kaki. Juga bayangkan asap hitam keluar dari tubuh semasa proses ini berlaku.
Teknik di atas biasanya di ajarkan dalam perguruan tenaga dalam dan juga reiki untuk tujuan penyembuhan diri sendiri. Amalkanlah selalu untuk tahap kesehatan yang meyeluruh dan juga seimbang.
Sila ambil perhatian: Jangan bergantung sepenuhnya pada teknik di atas untuk berobat. Kalau sakit, periksakan diri ke doktor. Teknik di atas dapat mempercepatk proses penyembuhan dan lebih menyeluruh dan tidak bermakna bila tidak diperiksakan ke doktor. Sekian harap maklum

Meditasi Pernafasan

Oleh : Upasaka Dhyanasukha
PENDAHULUAN
Banyak diantara kita yang telah mendengar mengenai meditasi, ada yang telah memahami dan melatihnya dengan tekun, ada yang baru mencoba untuk berlatih dan ada pula yang baru sekedar mendengar dan mulai tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. Isi buku yang sederhana ini tidak saja berguna bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui tetapi justru terutama sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin berlatih meditasi dengan sungguh-sungguh.
Dalam jaman modern sekarang ini, yang diwarnai dengan tingkat aktivitas yang tinggi, selalu serba cepat, serba banyak, serba lebih dari yang lain ternyata mempunyai dampak yang kurang baik bagi keadaan batin dan ketenangan hidup kita. Sehingga banyak diantara kita yang hidup dalam keadaan tegang, penuh khawatir, tidak bisa tidur dan mengakibatkan berbagai penyakit seperti sakit lambung, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan lainnya.
Meditasi, sebagai suatu seni untuk menentramkan batin merupakan suatu ilmu yang sudah kuno, yang berakar lebih dari 3000 tahun yang silam pada peradaban awal di lembah sungai Indus, yang sekarang dikenal sebagai India. Walaupun kuni, ternyata meditasi merupakan suatu alternatif yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan berbagai macam obat penenang, dan obat tidur yang umunya mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan yang parah.
Bahkan lebih daripada itu, meditasi yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membuat si pelaksana hidup lebih wajar, lebih tenteram, dan lebih gembira. Ia akan memiliki sikap hidup yang pisitif, lebih toleran, lebih tangguh, dan lebih tabah.
Berbeda dengan berlatih olahraga, latihan meditasi tidak mempunyai suatu target yang harus dicapai, tetapi memerlukan ketekunan yang luar biasa.

PERSIAPAN
Sebelum mulai berlatih, alangkah baiknya bila kita memahami serba sedikit teori dasar bermeditasi.
Berlatih meditasi tidaklah sama dengan olahraga, yang biasanya bertujuan mencapai prestasi tertentu. Di dalam melaksanakan latiha meditasi, tidak ada prestasi yang harus dikejar, tidak ada orang lain yang harus dilampaui pencapaiannya, karena tujuan meditasi adalah mengendalikan pikiran kita sendiri, dengan mengendalikan pikiran kita sendiri maka kita akan menikmati ketenangan yang dalam; kita tidak lagi dikacaukan oleh pikiran yang memang bersifat selalu berubah-ubah setiap saat.
Perlu pula kita pahami, berlatih meditasi pernapasan bukannya hendak mengatur panjang-pendeknya napas, bahkan semua napas harus sewajarnya. Tidak ada usaha untuk menarik napas sepanjang mungkin, atau usaha menahan napas selama mungkin. Semua napas harus sewajarnya dan alamiah, bila napas itu pendek, ya bernapas pendek; bila bernapas panjang dan halus dikenali pula bahwa kita bernapas panjang dan halus.
Dan bila berlatih dengan tekun, lama kelamaan secara otomatis napas kita akan panjang dan halus, tanpa suatu usaha apapun dan hal ini terjadi alamiah.
Makanan
Haruskah kita berpantang makan daging atau vegetarian bila ingin berlatih meditasi? Pertanyaan seperti inipun sering sekali diajukan, jawabannya adalah bahwa tidak ada keharusan untuk tidak makan daging. Tetapi seperti kita ketahui bersama, pada saat menjelang ajal, makhluk apapun selalu meronta-ronta ingin mempertahankan kehidupannya masing-masing yang sangat berharga itu, dan perasaan takut, gelisah serta ngeri menjelang disembelih ini, masih akan terbawa pada daging yang kita makan dan akan menimbulkan kegelisahan dan perasaan yang sama pula dalam diri kita. Oleh karena itu, terutama bagi pemula, dianjurkan untuk berpantang makan daging yang akan memudahkan mereka untuk menjadi tenang dalam berlatih meditasi. Hal inipun sejalan dengan berpantang makan daging menjadi lebih tenang dan lebih sabar daripada sebelumnya.
Waktu untuk berlatih
Setiap orang mempunyai pola hidup dan aktivitas sehari-hari yang berbeda-beda, ada yang baru sempat meluangkan waktu setelah jam 4 sore, ada yang justru di pagi hari ia berada pada kondisi yang sebaik-baiknya untuk berlatih meditasi. Oleh karena itu pada dasarnya tidak ada waktu tertentu yang terbaik untuk berlatih meditasi. Walaupun umumnya dianjurkan untuk berlatih pada pagi hari antara pukul 4.00 sampai 6.00 dan petang hari antara 5.00 sampai 7.00, tetapi waktu yang berbaik bagi anda, tergantung pada anda sendiri dan itu tidak perlu sama dengan orang lain. Sebagai suatu patokan yang sederhana, waktu yang terbaik bagi anda adalah bila pada waktu-waktu tersebut anda lebih mudah memusatkan pikiran dibandingkan dengan waktu lainnya, maka itulah waktu terbaik bagi anda. Adapun alasan yang menyatakan bahwa umumnya pagi hari pukul 4.00 adalah waktu yang terbaik untuk berlatih, tidak lain karena pada saat itu masih belum banyak kegiatan yang dilakukan, suasana di sekeliling kita masih sunyi senyap, karena itu akan lebih mudah untuk memusatkan perhatian.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah agar berlatih dalam keadaan perut kita tidak terlalu kosong atau lapar, dan juga tidak terlalu kenyang. Bila kita ingin berlatih setelah selesai bersantap, sebaiknya satu jam setelah bersantap untuk memberi kesempatan lambung kita bekerja dengan sempurna melumatkan makanan yagn telah kita telan.
Kapanpun waktu yang kita pilih, ada hal yang harus kita lakukan dalam usaha membina disiplin, yaitu kita harus berusaha agar secara teratur kita berlatih pada waktu yang telah kita pilih. Dengan disiplin yang seperti ini, lambat laun daur biologik dalam tubuh dan batin kita akan menjadi serasi, sehingga pada jam-jam tersebut otomatis seluruh batin dan jasmani bresiap-siap untuk berlatih meditasi.
Mandi
Dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berlatih, agar tubuh kita menjadi bersih dan segar serta tidak mengantuk. Dan jangan lupa, perasaan bahwa badan kita bersih dan segar akan lebih membantu kita memusatkan perhatian dibandingkan bila kita merasa tubuh kita lengket, berminyak, berkeringat, kotor atau bau.
Pakaian
Pakaian yang dikenakan sebaiknya yang cukup longgar sehingga bila anda duduk untuk waktu yang cukup lama tidak ada bagian-bagian tubuh yang tertarik kencang dan menyebabkan kesemutan. Bagi yang tinggal ditempat yang dingin, tentu perlu mengenakan pakaian yang cukup tebal untuk menahan suhu udara yang dingin.
Tempat berlatih
Berlatih meditasi, memerlukan suasana sekeliling yang tenang terutama bagi para pemula. tempat yang tenang itu bisa berupa suatu kamar yang tersendiri, di kebun, di taman, di rumah ibadah pada saat-saat sepi, ataupun di ruang kerja anda sendiri, yang penting adalah kita dapat berada di situ tanpa gangguan dari siapapun untuk waktu yang cukup lama.
MULAI BERLATIH
Sikap duduk
Sikap duduk kita pada waktu berlatih, harus tegal tetapi santai, tidak kaku atau tegang. Salah satu sikap duduk yang dapat membantu berlatih dalam waktu yang cukup lama adalah sikap bunga teratai atau padmasana, yaitu kedua kaki disilangkan satu sama lain. Bagi yang sudah terlatih, sikap ini sangat enak, karena akan membantunya untuk berada dalam posisi tegak dan seimbang untuk waktu yang cukup lama. Sedangkan yang baru permulaan berlatih, bila belum bisa, dapat menggunakan sikap duduk setengah padmasana,yaitu satu kaki disilangkan dibawah yang lain.
Mengendurkan ketegangan
Setelah memiliki sikap duduk yang enak, secara mental kita mencoba mengurutkan dari atas atau ubun-ubun kepala terus ke bawah sampai ke ujung kaki, untuk melemaskan ketegangan otot-otot yang ada, misalnya pada otot-otot kening bila kita terlalu tegang atau kaku menutupkan mata, ini harus dikendurkan, dibuat santai, begitu pula, otot mulut yang terkatup harus tidak kaku, terus perlahan-lahan ke bawah semua otot yang kaku atau tegang dikendurkan. Bila napas terasa tertahan, tariklah napas dalam-dalam dan hembuskan napas perlahan-lahan sampai habis, dan kita akan merasa lebih santai dan kendur. Usaha mengendurkan ketegangan ini dapat dilakukan beberapa kali, dan merupakan suatu usaha pertama dalam meditasi , yaitu pengalihan perhatian kita yang biasannya tertuju keluar jasmani kita menjadi kepada jasmani kita sendiri. Bila sebelumnya kita tidak menyadari ketegangan yang ada pada otot-otot kita, maka dengan latihan mengendurkan ini, kita akan menyadari sepenuhnya betapa berat kerja otot-otot kita yang diberi tegangan tanpa kita sadari.
Bernapas dengan wajar
Dalam berlatih apakah kita perlu menarik napas panjang-panjang?
Perlu diingat pula disini, bahwa berlatih meditasi pernapasan bukanlah bertujuan untuk mengatur napas kita menjadi lebih panjang ataupun menahan napas kita selama mungkin untuk memperoleh kekuatan. Semua usaha untuk mengatur napas itu sebetulnya tidaklah membantu kita untuk mencapai ketenangan yang sesungguhnya; oleh karena itu bila berlatih, napas tidak perlu diatur-atur, tetapi sebaliknya bernapas dengan wajar saja secara alami, dan tubuh kitapun mempunyai mekanisme yang akan membuat napas itu akan menjadi teratur dan panjang dengan sendirinya tanpa campur tangan kita.
Tahap pertama : Menghitung Napas
Menghitung napas ditujuan kepada mereka yang baru pertama kali berlatih meditasi, tujuannya adalah mengikat pikiran kita yang biasannya berkenala kian kemari kepada hitungan napas kita.
Dalam bermeditasi, kita bernapas melalui hidung. Dengan memperhatikan sentuhan napas di ujung hidung, kita mulai menghitung. Setiap kali napas masuk, dihitung, “satu”, napas masuk berikutnya, “dua”, dan seterusnya sampai “sepuluh”. Setelah itu kembalu mulai dari “satu”.
Mengapa tidak diteruskan perhitungannya itu sampai ke seratus atau ke seribu? Karena, tujuan kita bukanlah menghitung berapa kali kita bernapas, tetapi mengalihkan pikiran dan perhatian kita kepada satu objek yaitu napas. Perhitungan hanyalah merupakan saran agar perhatian dan pikiran kita yagn selalu ingin berkelana kemana-mana menjadi terpusat pada satu objek.
Sampai berapa lama latihan menghitung napas ini dilakukan? Seperti disebutkan diatas, menghitung merupakan sarana bagi pemusatan pikiran. Maka bila pikiran sudah dapat terpusat pada napas, kita dapat beralih ke latihan berikutnya yaitu pada latihan “mengikuti napas”.
Tahap kedua : Mengikuti napas.
Bagi mereka yang telah sering berlatih, maka latihan menghitung napas dapat dilompati, langsung melatih mengikuti napas; tetapi bila mengalami kesulitan dapat kembali berlatih menghitung napas, sebagai usaha awal untuk tahap-tahap berikutnya.
“Mengikuti napas” maksudnya adalah kita mengikuti napas dengan penuh perhatian. Hal ini diterangkan sebagai berikut: “Ketika si meditator menarik napas panjang, ia mengetahui bahwa ia menarik napas panjang; ketika ia menarik panjang pendek. Ia mengetahui bahwa ia menarik panjang pendek; ketika ia menghembuskan napas panjang, ia mengetahui bawah ia mengehmbuskan napas panjang; ketika ia menghembuskan napas pendek, ia mengetahui bahwa ia menghembuskan napas pendek.”
“Mengikut napas” berarti memperhatikan pada saat napas itu m,ulai menyentuk ujung hidup, kemudian terus sampai pada ujing akhir dari proses menarik napas, pasa saat itu harus dikenali bahwa napas yang masuk itu berangur-angsur menjadi berhenti. Dan kemudian dimulai proses mengeluarkan napas yang berangus-angsur makin perlahan kemudian berhenti untuk memulai menarik napas.
Perlu diingat, ada pengertian yang keliru mengentai istilah “mengikuti” napas, ada yang beranggapan “mengikuti napas” berarti mengikuti napas dari ujung hidung sampai ke rongga dada ataupun sampai ke perut. Ini adalah pengertian yang keliru. Dengan latihan seperti ini maka akan sulit melangkah ke tahap berikutnya yaitu “memperhatikan sentuhan napas”.
Untuk lebih menjelaskan latihan “mengikuti napas”, ada sebuah perumpamaan, yaitu perumpamaan gergaji. Bila kita mengergaji sepotong kayu, balok misalnya, maka sambil menggerakkan gergaji maju mundur untuk memotong, perhatian kita dipusatkan pada titik sentuhan mata-gergaji dengan balok yang akan kita potong. Kita tidak memperhatikan mata-gergaji yagn telah menyentuh dan bergerak menjauhi titik sentuhan itu, dan kitapun tidak memperhatikan mata gergaji yang belum mengenai titik sentuh itu; perumpamaan dari napas yang masuk dan napas yang keluar sedangkan ujung hidung diumpamakan sebagai titik sentuh antara mata gergaji dengan balok.
Setelah berlatih “mengikuti napas” dengan tekun, maka bila kita dapat memusatkan perhatian kita sepenuhnya pada napas akan timbul ketenangan yang belum pernah kita alami sebelumnya disertai kegembiraan. Dan karena pikiran kita tidak berkeliaran kemana-mana maka jasmani kitapun mulai menjadi tenang, selaras dan terasa menyenangkan. Napas kita masin lama makin halus dan panjang, dan sebagai hasilnya kita merasa menjadi lebih tenang, perasaan letih pun lenyap; bahkan sebaliknya jasmani kita terasa segar menyenangkan.
Berapa lama kita berlatih “mengikuti napas?” Latihan ini diteruksan sampai pada suatu saat, karena ketenangan batin, napas kita makin halus sampai seolah-olah napas itu lenyap. Keadaan ini bisa berlansung beberapa menit lamannya. Dan itulah saat peralihan ke latihan berikutnya yaitu berlatih “memperhatikan sentuhan napas”.
Tahap ketiga: Memperhatikan sentuhan napas.
Karena napas yang makin lama makin tenang dan makin halus sehingga tidak terasa lagi, pada beberapa orang yang mengalami hal ini akan terkejut, karena mengira bahwa dirinya tidak bernapas lagi, tetapi sebenarnya tidak demikian. Sesungguhnya napas itu masih tetap ada, tetapi karena sedemikian halusnya, maka seolah-olah telah lenyap.
Ada sebuah perumpamaan yang berkenaan dengan hal ini, yaitu mengenai perumpamaan petani dengan lembutnya, sebagai berikut:
“Seorang petani yang sudah kelelahan membajak sawahnya, beristirahat melepaskan lelah dibawa pohon yang rindang, kerbaunya dibiarkan merumput di dekatnya. Karena terlalu lelah, ia dengan segera tertidur dengan nyenyak. Menjelang sore hari ia terbangun dan tidak melihat kerbaunya; ia melihat disekelilingnya dan kerbaunya tetap tidak terlihat; maka ia lalu bangkit dan pergi ke tepi sungai tempat ia biasa memberi minum dan memandikan kerbaunya. Dan disana petani itu mendapatkan kerbaunya sedang minum.”
Yang diumpamakan dengan kerbau ialah napas kita, yang akan selalu dijumpai di tempatnya, yaitu di ujung hidung.
Dengan menyadari bahwa napas akan selalu ada sepanjang kehidupan kita, hanya sekarang sangat halus sehingga tidak terasa, maka kita harus kembali memusatkan perhatian kita pada ujung hidung, dan dengan seksama memperhatikan sentuhan napas yang mulai terasa lagi. Betapapun halusnya napas itu, tetap akan terasa di ujung hidung. Jika masih belum terasa, berarti perhatian dan pemusatan pikiran yang diberikan masih kurang kuat.
Dengan usaha ini, kita akan tetap sadar pada sentuhan napas pada ujung hidung, tanpa kehilangan jejak.
Jika pada tahap sebelumnya kita sering tidak tahu salah satu tahap dari pernapasan secara jelas, misalnya hanya tahu tahap pertengahan dan tahap akhir proses pernapasan, maka pada saat ini perlu dikembangkan agar keseluruhan proses pernapasan itu diketahui dengan memberikan perhatian yang sama banyaknya pada setiap tahap.
Dengan latihan yang tekun kitaakan mengetahui secara detail setiap tahap dari proses napas dengan jelas.
Tahap Keempat: Menenangkan Napas
Tahap berikutnya adalah menenangkan napas. Dengan melanjutkan perhatian pada keseluruhan ‘tubuh’ napas (awal, pertengahan, dan akhir dari proses menarik dan mengeluarkan napas) tanpa terputus-putus, akan nyata bagi kita bahwa proses napas itu bergetar atau bergelombang dengan kasar dan demikian pula proses mental yang mengikuti juga menjadi bergetar dan bergelombang sesuai dengan napas untuk berusaha agar pernapasan dan proses mental yang mengikuti menjadi lebih tenang. Karena itu tahap ini disebut sebagai Menenangkan Napas.
Dengan memperhatikan faktor-faktor batin yang menyertai perhatian kita pada sentuhan di ujung hidung, kita mengetahui ada perasaan tenang yang menyertai perhatian kita, Ketenangan ini dikembangkan dengan tetap mempertahankan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung. Dengan tekun usaha ini dilanjutkan sehingga lama kelamaan napas kita pun menjadi halus serta rata; dan demikian pula batin kita menjadi makin tenang, sedangkan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung terus berkesinambungan tidak terputus-putus. Usaha yang kita lakukan ini disebut sebagai “Menenangkan Napas”
Dalam perkembangannya, dengan berlanjutnya usaha menenangkan napas, akan terasa seolah-olah ada ketenangan dengan jelas sampai pada detail-detail proses pernapasan.
Pada tahap ini, akan muncul “tanda” atau gambaran batin yang menunjukkan bahwa telah berhasil mencapai konsentrasi. Tanda-tanda itu berbeda antara satu orang dengan yang lain, misalnya ada yang merasa bahwa ujung hidngnya seperti digosok dengan kapas atau sutera yang sangat lembut. Ada pula yang mengalami seolah-olah ada cahaya yang sangat terang benderang menyilaukan bagai matahari; melihat cahaya warna-warni yang indah. Meskipun demikian, perhatian terhadap ujung hidung tempat sentuhan napas masih tetap kuat dan mantap tidak teralihkan. Munculnya berbagai tanda atau gambaran batin itu merupakan tercapainya tahap awal-samadhi (upacara-samdhi).
MENCAPAI KETENANGAN SAMADHI
Dengan melanjutkan latihan menenangkan napas, maka lambat laun akan dapat mencapai ketenangan samadhi sepeunuhnya yang diawali dengan tercapainya keadaan batin yang dikenal sebagai Dhyana pertama dan seterusnya sampai Dhyana keempat.
Biasanya tahap ini sulit dicapai karena umumnya orang sangat bangga setelah mencapai tahap awal-samadhi, seperti melihat cahaya terang dan berbagai gambaran batin yang lain. Dan pada saat ini, kecerdasan seolah-olah berlipat ganda, banyak masalah yang sebelumnya tidak dapat dipikirkan jalan keluarnya, sekarang tampak mudah. Ia akan memiliki keyakinan yang meluap-luap, ingin menceritakan pengalaman-pengalamannya kepada orang lain, dan rajin menganjurkan teman-temannya untuk berlatih meditasi. Tetapi ini semua sesungguhnya merupakan jebakan bagi para pelaksana meditasi, karena akan mengikatnya untuk tidak melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu samadhi sepenuhnya atau Dhyana.
Untuk melepaskan diri dari perangkap itu, maka kita harus memahami bahwa semua gambaran batin itu bukanlah keadaan samadhi yang sesungguhnya, baru pada tahap awal. Dengan tidak menghiraukan berbagai tanda atau gambaran batin, perhatian diarahkan kembali pada sentuhan napas yang ujung hidung sambil mengembangkan ketenangan yang telah diperolehnya; dan disertai dengan ketekunan maka akhirnya akan mencapai ketenangan samadhi yagn sesungguhnya, yaitu Dhyana Pertama.
Bagi meditator yang untuk pertama kalinya mencicipi ketenangan dalam Dhyana Pertama, maka akan sangat meresap dalam batin sanubari mereka, ketenangan dan kedamaian yang belum prenah dirasakan sebelumnya serta tak akan telupakan, dan ketenangan ini masih akan tersisa beberapa saat atau bahkan beberapa hari sesudahnya.
MANFAAT DARI LATIHAN MEDITASI PERNAPASAN
Sesungguhnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari latihan meditasi pernapasan yang dilakukan dengan tekun. Berikut ini akan diberikan beberapa manfaat dari latihan meditasi ini, yaitu:
1. Memudahkan berkonsentrasi.
Seperti telah dijelaskan di bagian depan, pada tahap awal kita berlatih, selalu terjadi pikiran kita melantur ke mana-mana, dan untuk menjinakkannya, pikiran yang melantur itu disadari diberi komentar ‘pikiran melantur’, ‘melantur;; dan kemudian setelah itu kita pusatkan kembali pada objek semula misalnya menghitung, atau memperhatikan sentuhan. Hal ini terhadi berulang-ulang tak terhitung banyaknya usaha kita untuk mengembalikan pikiran pada objek konsentrasi, sehingga lama kelamaan usaha itu terjadi secara otomatis. Tentunya dalam kegiatan kita sehari-haripun akan terjadi hal yangsama, misalnya bagi pelajar dan mahasiswa yang sedang belajar, bila pikiran itu terbang dari buku pelajaran yang sedang dihadapi, akan dapat segera dikenali dan kemudian dibawa kembali pada objek semula, yaitu buku pelajaran. Demikian pula pada setiap orang yang bekerja ataupun pada ibu-ibu rumah tangga bagi merekapun akan mudah untuk memusatkan pikiran; sehingga tidaklah terjadi kaki tersandung batu, batu yang disalahkan, padahal sebabnya adalah pikiran kita tidak dipusatkan pada langkah kaki.
2. Memberikan ketenangan.
Dalam abad modern yang sangat maju ini, semua orang menjadi berlomba-lomba untuk maju yang diukur dari prestasi mencapai harta dan kedudukan semaksimal mungkin, sehingga semua orang menjadi tergesa-gesa, gelisah, cemas, dan khawatir. Maka dalam dunia yang serba berpacu seperti ini latihan meditasi akan memberikan ketenangan yang sudah menjadi komoditi langka terutama di kota-kota besar.
3. Lebih mengenal diri kita sendiri dan sesama kita.
Jika kita belajar sesuatu, umumnya kita mengarahkan perhatian kita keluar dari diri kita, maka latihan pernapasan ini sungguhnya mengarahkan perhatian kita ke dalam diri kita sendiri sehingga kita akan lebih mengenal diri kita sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan mengenal proses mental yang ada dalam diri sendiri, maka kitapun akan lebih memahami sesama kita, akan menjadi lebih toleran dan tidak cepat tersinggung.
4. Lebih mudah mengendalikan emosi atau kemarahan.
Setiap kali kita berlatih, kita selalu berusaha mengenali proses mental yang muncul yang menggangu konsentrasi kita, seperti perasaan gelisah, cemas, marah, senang, gembira, tanang dan lain lainnya. Latihan yang terus-menerus akan membawa kita pada kebiasaan yang baik, yaitu selalu mengenal bentuk emosi/mental yang muncul, sehingga bila kita tersinggung ataupun marah karena ucapan seseorang, kemunculan marah itu dapat diketahui, dan dapat dilenyapkan dengan segera sebelum bermanifestasi menjadi ayunan tinju ataupun semburan kemarahan kepada lawan bicara kita.
5. Menjadi lebih sehat.
Seperti kita ketahui, sekarang banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh kegelisahan, kecemasan, ketakutan, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Misalnya penyakit darah tinggi, tukak lambung, sembelit, serangan jantung, sukar tidur, dan sebagainya. Dengan latihan meditasi, walaupun baru sedikit ketenangan yang kita peroleh, itupun cukup bermanfaat bagi jasmani kita yang sedang dilanda cemas, begitu pula bagi organ-organ tubuh kita yagn halus dapat bekerja dengan lebih tenang dan beristirahat dengan lebih baik; yang pada akhirnya akan menghasilkan kesehatan yang lebih baik bagi jasmani kita.
Dalam dasawarsa terakahir ini, telah banyak penelitian yang dilakukan di Amerika maupun di Jepang yang telah menunjukkan bukti bahwa bermeditasi sangat bermanfaat bagi batin dan jasmani orang yang melatihnya. Bukti yang diperoleh antara lain:
1. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita
2. Aktivitas otqak kanan dan kiri menjadi lebih seimbang
3. Meditasi jauh lebih bermanfaat daripada tidur hipnotis
4. Pada ketenangan meditasi yagn mendalam. Aktivitas otak menjadi lambat, setara dengan yang dialami orang yang sedang tidur paling nyenyak.
5. Membantu proses penyembuhan pasien penaykit psikomatik
6. Memudahkan berkonsentrasi dalam kegiatan sehari-hari pada para meditator dan hal ini mempermudah mereka mengambil keputusan dalam pekerjaannya
Masih banyak lagi manfaat dari berlatih meditasi yang tidak (dapat) disebutkan disini (satu per satu).
MENGATASI KESULITAN PADA WAKTU BERLATIH
Seperti telah diungkapkan pada awal tulisan, meditasi adalah suatu usaha untuk menundukkan pikiran kita sendiri, dan usaha ini tidak dapt dilakukan dengan bantuan orang lain, hanya dapat dilakukan oleh kita sendiri. Oleh kraena iu pula, hanya kita sendiri yang dapat mengatasi tiap kesulitan yang dialami; sedangkan guru, buku petunjuk ataupun teman lebih yang mengerti hanya dapat membantu dalam bentuk petunjuk-petunjuk yang sepenuhnya tergantung pada kita sendiir untuk dipergunakan atau tidak.
Latihan meditasi memerlukan lebih banyak ketekunan dari pada berbagai latihan fisik aaupun upaya mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Kunci keberhasilan latihan meditasi adalah pada ketekunan dan keuletan dan inipun sepenuah tergantung pada kita sendiri.
Ada beberapa kesulitan yang umumnya dialami oleh para pemula antara lain:
1. Pikiran makin menjadi liar tidak terkendali.
Mengalami hal ini, umumnya kita menjadi takut, sehingga memutuskan untuk menyerah saja dan beranggapan kita tidak berbakat untuk meditasi. Kita perlu memahami bahwa sebenarnya pikiran kita memang liar, bila mulai berlatih dan tampak seolah-olah menjadi makin liar, itu disebabkan karena sebelumnya kita tidak pernah memperhatikn dan mengarahkan pikiran kiat pada suatu objek tertentu. Sehingga begitu kita mulai memperhatikan gerak-gerik pikiran, maka kita mulai menyadari keliaran pikiarn kita sehingga seolah-olah menjadi makin liar. Lagipula sebelumnya pikiran kita bebas berkelana kian kemari dan pada waktu berlatih kita berusaha mengarahkannya kepada satu objek meditasi; yang artinya tidak lain dari mengekang pikiran kita sendiri. Hal ini dapat diibaratkan seperti seekor kuda liar, yang untuk pertama sekali diikat pada sebuah tonggak, ia akan berputar-putar dengan ganas, dan berusaha melepaskan diri dari ikatan.
Untuk mengatasi kesulitan ini, langkah yang dapat diambil adalah menyadari pikiran kita sendiri dengan memberikan komentar dalam batin seperti “pikiran kacau”, “pikiran melantur”, dan sambil komentar, pikiran yang sedang kacau, atau sedang melantur itu diperhatikan dengan seksama, pada saat pikiran melantur itu mulai melemah, saat iu pula kita kembalikan perhatian kita ke objek meditasi kita, yaitu sentuhan napas di ujung hidung.
Jadi, menundukkan pikiran bukanlah dengan kekerasan, tetapi dengan kelembutan, yaitu memperhatikan dulu pikiran kita, baru kemudian setelah agak melemah, kembali ke objek semula.

2. Merasa pusing pada saat membuka mata setelah berlatih
Pada beberapa pemula, mereka akan mengalami rasa pusing pada saat membuka mata seusai berlatih, sehingga mereka takut untuk berlatih seterusnya. Sebenarnya hal ini tidak apa-apa. Ketika kita berlatih dengan tekun, maka lama kelamaan pikiran kita menjadi tenang, ini berarti laju pemakaian oksigen, pembuluh-pembuluh darah menuju otak pun secara wajar menjadi menyempit, dan secara keseluruhan napas kita menyesuaikan diri pula menjadi dalam dan halus, sesuai dengan tingkat kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara otomatis. Kemudian seusai berlatih, ketika kita membuka mata, otak kiat dalam sekejap sudah kembali aktif, sehingga kebutuhan oksigen meningkat dengan mendadak, tetapi karena pada saat itu pembuluh-pembuluh darah yang memasok oksigen ke otak msaih belum siap, masih menyempit, sehingga untuk beberapa saat terjadilah kekurangan oksigen yang mengakibatkan rasa pusing. Beberapa saat kemudian rasa pusing itu akan lenyap dengan sendirinya, kerana pembuluh darah telah menyesuaikan diri lagi untuk mensuplai darah sesuai dengan kebutuhannn. Dengan semakin sering berlatih, maka lama kelamaan otak kitapun menjadi terbiasa dengan suplai oksigen yang lebih sedikit dan pembuluh darah keotak juga makin biasa beradaptasi terhadap kebutuhan yang berubah-ubah, maka rasa pusing itupun tidak akan dialami lagi.
3. Merasa terapung-apung ataupun bergoyang tidak menentu
Perasaan ini timbul karena perhatian yang kurang pada objek meditasi yaitu sentuhan napas di ujung hidung, sehingga pikiran kita mendapatkan kesempatan untuk berkelana kian kemari, dan hal ini menyebabkan kita merasa terapung-apung tidak menentu. Untuk mengatasi hal ini, kita harus kembali ke objek semula yaitu sentuhan napas di ujung hidung.

4. Sama sekali tidak dapat memusatkan pikiran.
Ada beberapa diantara kita yang merasa sangat sulit untuk mengendalikan pikiran, bahkan untuk menghitung napas sampai 10 saja tidak bisa. Dan bila telah berulang kali dicoba masih tetap gagal, maka mereka perlu meneliti kembali kegiatan mereka sehari-hari, yaitu Sila. Apakah mereka melanggar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari! Pancasila disini adalah Upaya dan makan/minum yang memabukkan. Karena, seperti halnya suatu pohon yang besar memerlukan akar-akar yang kuat agar tidak tumbang, maka pohon meditasi memerlukan akar Sila yang kuat untuk dapat berkembang dan menjadi kokoh.
Dan pelaksanaan kelima sila ini perlu ditinjau dengan cermat bila pada tahap tertentu dalam latihan meditasi kita mengalami kesulitan untuk melangkah ke tahap berikutnya.
PENUTUP
Berlatih meditasi penapasan bertujuan memperoleh ketenangan dengan cara memusatkan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung. Sedangkan napas itu sendiri tidaklah diatur agar menjadi lebih panjang atau pendek, tetapi dibiarkan berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga pengamatan pada proses napas juga dapat berlangsung secara wajar dan alamiah.
Walaupun metode meditasi ini telah berusia lebih dari 2500 tahun, namun manfaatnya bagi ketentraman batin umat manusia masih sangat besar; bahkan kemajuan teknologi yang telah dicapai sampai saat inipun belum dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih tentram, malahan sebaliknya, misalnya, teknologi nuklir lebih membuat gelisah dan cemas daripada membawa ketentraman.
Telah ditekankan dibagian awal tulisan ini, latihan meditasi jauh lebih banyak menuntut ketekunan bila dibandingkan dengan latihan yang lain. Oleh karena itu keberhasilan atau kegagalan dalam berlatih aklan lebih ditentukan oleh keuletan dan ketekunan kita. Tanpa keuletan dan ketekunan berbagai rintangan tidak akan dapat teratasi; tetapi nilai dari ketenangan yang diperoleh walaupun itu hanya berlangsung hanya setengah menit saja, luar biasa nilainya bagi kesejahteraan dan kebahagiaan batin kita.

TEKNIK DASAR MEDITASI

by wuryanano

Kali ini saya ingin memberi Anda Teknik Dasar Meditasi. Anda bisa membaca mengenai Apakah Meditasi itu, sebelum melakukan Teknik Dasar Meditasi ini. Selain itu coba Anda baca kembali artikel saya sebelumnya, mengenai Meditasi ini. Banyak cara untuk melakukan meditasi, sesuai dengan aliran atau keyakinan yang dianutnya. Pada bab ini, saya akan menunjukkan cara-cara dasar untuk melakukan meditasi.
Teknik Dasar Meditasi ini adalah Teknik Dasar Umum, yang akan menjadi dasar meditasi-meditasi lanjutan. Caranya sebagai berikut:
  • Duduklah di atas kursi atau bersila di lantai, atau terserah dimana saja tempatnya; yang penting buatlah diri Anda nyaman saat berada di tempat pilihan Anda. Aturlah posisi tulang belakang Anda tegak lurus sampai kepala. Letakkan kedua tangan Anda di atas lutut sedemikian rupa dengan telapak tangan menghadap ke atas, sehingga otot-otot lengan Anda dalam keadaan kendur, rileks. Rasakanlah seluruh otot tubuh Anda dalam keadaan kendur, rileks semua; dalam keadaan istirahat.
  • Pusatkan pikiran, perhatian, dan perasaan Anda pada satu titik di depan Anda. Biarkan kedua mata Anda menutup dengan perlahan-lahan secara otomatis. Anda jangan menutup mata dengan cepat dan dipaksakan, tetapi biarkanlah mata Anda menutup dengan rileks, hayatilah itu.
  • Sesudah kelopak mata Anda tertutup, koreksilah posisi duduk Anda; tulang belakang Anda harus tetap tegak lurus, sehingga mulai kepala, leher sampai tulang ekor Anda dalam keadaan lurus. Seluruh otot tubuh Anda juga harus dalam keadaan rileks dan nyaman. Usahakanlah tetap di posisi ini dan jangan bergerak-gerak lagi. Meskipun seandainya Anda merasakan “nyeri” atau “kesemutan” pada bagian-bagian tubuh Anda, abaikan saja. Perhatian Anda jangan sampai beralih ke hal-hal yang dirasakan mengganggu ini. Tetaplah dalam posisi dan kondisi Anda.
  • Kemudian pusatkan perhatian Anda ke hidung, tetapi mata Anda jangan ikut melirik ke hidung; biarkan kedua mata Anda rileks, hanya perasaan Anda saja ditujukan ke hidung. Rasakanlah masuk dan keluar udara nafas Anda lewat hidung. Biarkanlah nafas berjalan secara alami dulu, jangan diatur-atur dulu. Biarkanlah nafas masuk dan keluar lewat hidung, sampai tidak terasa jalannya pernafasan itu; semua perhatian dan perasaan tertuju pada hidung Anda.
  • Sekarang rasakanlah adanya suatu proses. Rasakanlah getaran atau tenaga dari luar yang masuk ke dalam tubuh Anda lewat jalan nafas di hidung. Kemudian rasakan getaran atau tenaga yang sudah masuk itu berputar-putar di dalam tubuh Anda, masuk ke setiap bagian organ tubuh Anda – rasakanlah itu. Rasakanlah bahwa tenaga atau getaran itu masuk ke dalam paru-paru, jantung, hati, ginjal, lambung, pancreas, usus, sumsum tulang Anda, ke dalam otot – daging, otak, semua panca indera dan segenap bagian dari organ tubuh Anda. Rasakanlah secara bertahap, hayatilah dan ikutilah perjalanan tenaga atau getaran itu dengan tenang dan rasakan sampai Anda mendapatkan suatu perasaan puas, lega sekali.
  • Kemudian rasakan keluarnya getaran atau tenaga itu menembus pelan-pelan ke luar tubuh Anda lewat kedua telapak kaki Anda. Rasakanlah sampai mencapai proses ini beberapa kali, sampai Anda merasakan kelegaan.
  • Lakukan lagi penghayatan proses seperti di atas, tetapi rasakan proses keluarnya getaran atau tenaga itu menembus pelan-pelan ke luar tubuh Anda, lewat kedua telapak tangan Anda. Lakukan juga proses ini beberapa kali.
  • Ulangi lagi proses tersebut di atas, sekarang dengan merasakan proses keluarnya getaran atau tenaga tadi lewat ubun-ubun kepala Anda. Hal ini juga lakukan beberapa kali.
  • Sekarang rasakan getaran atau tenaga dari luar masuk ke dalam tubuh Anda seperti tadi, kemudian keluar lagi dari dalam tubuh Anda, lewat lubang pori-pori di seluruh tubuh Anda. Rasakanlah seluruh proses masuk dan keluarnya dengan penghayatan dan perasaan Anda sepenuhnya. Lakukan hal ini beberapa kali.
  • Kemudian pusatkanlah perhatian dan perasaan Anda pada hidung kembali. Rasakan masuk dan keluarnya udara nafas lewat hidung. Rasakanlah ketenangan dan kepuasan dalam tubuh Anda. Rasakanlah kedamaian dan kebahagiaan Anda.
  • Akhirnya kembali rasakanlah seluruh tubuh Anda bertenaga penuh seperti sedia kala. Rasakanlah kesegaran tubuh Anda kembali. Sadarilah diri Anda berada di dalam ruangan semula. Setelah seluruh tubuh Anda bertenaga dan merasa segar kembali seperti keadaan sebelum Anda melakukan meditasi, dan Anda sudah menyadari lagi berada di dalam ruangan Anda sendiri; bukalah perlahan-lahan mata Anda. Meditasi Anda sudah selesai.
Nah, cobalah Anda melakukan langkah-langkah dasar meditasi ini, sampai Anda terbiasa, sehingga hal ini menjadikan Anda semakin rileks dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Dan, rasakan energi dalam tubuh Anda menjadi semakin kuat dan besar. Selamat melakukan meditasi.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano

Kamis, 26 Agustus 2010

Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik

Inilah Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik
PembelajaranDalam sebuah tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7 (tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik  bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan pendidikan.
Di bawah ini disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan Anda mengingatnya, kami buatkan  “jembatan keledai”  dengan sebutan CRAFT HiT
1. Encourages Contact Between Students and Faculty
Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha  memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.
2. Develops Reciprocity and Cooperation Among Students
Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan  individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti  bekerja  yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain,  siswa dapat meningkatkan  keterlibatannya dalam belajar. Saling  berbagi ide dan mereaksi  atas tanggapan  orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.
3. Encourages Active Learning
Belajar bukanlah seperti sedang  menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk  mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam  kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan  apa yang mereka pelajari  sebagai bagian dari dirinya sendiri.
4. Gives Prompt Feedback
Siswa membutuhkan  umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil  manfaat dari apa yang  telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk  menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa  perlu sering diberi kesempatan  tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.
5. Emphasizes Time on Task
Waktu + energi  = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan  sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat  mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi  semuanya
6. Communicates High Expectations
Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal  penting bagi semua orang.  Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun  sekolah  bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya
7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning
Ada banyak jalan untuk belajar. Para  siswa  datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing  Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik  tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya.   Dalam hal ini,  siswa perlu diberi  kesempatan untuk menunjukkan bakatnya  dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang  mungkin ini bukanlah  hal mudah bagi guru untuk melakukannya.
Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi  mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif  bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi:  (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari  kepala sekolah dan  para administrator  pendidikan untuk  mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.

MEMBUKA RAHASIA ILMU KASAMPURNAAN

Ketika selesai membangun pesantren, Raden Paku teringat salah satu bungkusan yg harus dibukanya. Ia ingat kata2 ayahnya kalau bingkisan itu berisi rahasia ilmu sejati yg harus dibacanya. Dengan hati2 dibukanya bungkusan tsb. Didalamnya ada beberapa lembar daun lontar bertuliskan huruf arab pegon. Segera dibacanya tulisan tsb.
A. Tentang Macam Ilmu Manusia.
Adalah suatu yg pasti terjadi anakku, ketahuilah ini, renungkan demi kasampurnaan ilmumu. Di dunia ini, entah kapan, sakit, dan mati pasti terjadi. Maka hendaklah waspada, tidak urung kita juga akan mati, jangan lupa pada sangkan paran dumadi. Untuk itu, di dunia ini hendaklah selalu prihatin. Agar benar2 sempurna engkau berilmu.
Dalam memperbincangkan ilmu kasempurnaan ini, jangan lupa arti bahasanya jika engkau mempertanyakannya. Karena mengetahui arti bahasa adalah kuncinya. Kesungguhanlah yg pasti, itulah yg perlu benar2 engkau mengerti. Jangan takut pd biaya. Bukan emas, bukan dirham, dan bukan pula harta benda. Namun hanya niat ikhlas saja yg diperlukan.
Adapun ilmu manusia itu ada 2, anakku. Yang pertama adalah ilmu kamanungsan yg lahir daru jalan indrawi dan melalui laku kamanungsan. Yang kedua adalah ilmu kasampurnaan yg lahir melalui pembelajaran langsung dari Sang Khalik. Untuk yg kedua ini, ia terjadi melalui 2 cara, yaitu dari luar dan dari dalam. Yang dari luar, dilalui dg cara belajar. Sedangkan yg dari dalam, dilalui dg cara menyibukan diri dg jalan bertapa ( bertafakur ).
Adapun bertafakur secara batin itu sepadan dg belajar secara lahir. Belajar memilki arti pengambilan manfaat oleh seorang murid dari gerak seorang guru. Sedangkan tafakur memilki makna batin, yaitu suksma seorang murid yg mengambil manfaat dari suksma sejati, ialah jiwa sejati.
Suksma sejati dalam olah ngelmu memilki pengaruh yg lebih kuat dibandingkan berbagai nasehat dari ahli ilmu dan ahli nalar. Ilmu2 seperti itu tersimpan kuat pada pangkal suksma, bagaikan benih yg tertanam dalam tanah, atau mutiara di dasar laut.
Ketahuilah anakku, kewajiban orang hidup tidak lain adalah selalu berusaha menjadikan daya potensial yg ada di dalam dirinya menjadi suatu bentuk aksi (perbuatan) yg bermanfaat. Sebagaimana engkau juga wajib mengubah daya potensial yg ada dalam dirimu menjadi perbuatan, melalui belajar. Sejatinya dalam belajar, suksma sang murid menyerupai dan berdekatan dg suksma sang guru. Sebagai yg memberi manfaat, guru laksana petani. Dan sbg yg meminta manfaat, murid ibarat bumi atau tanah.
Anakku ketahuilah, ilmu merupakan kekuatan seperti benih atau tepatnya seperti tumbuh2an. Apabila suksma sang murid sudah matang, ia akan menjadi seperti pohon yg berbuah, atau seperti mutiara yg sudah dikeluarkan dari dasar laut. Jika kekuatan badaniah mengalahkan jiwa, berarti murid masih harus terus menjalani laku prihatin dalam olah ngelmu dg menyelami kesulitan demi kesulitan dan kepenatan demi kepenatan, dalam rangka menggapai manfaat.
Jika Cahaya Rasa mengalahkan macam2 indra, berarti murid lebih membutuhkan sedikit tafakur ketimbang banyak belajar. Sebab suksma yg cair atau dalam bahasa arab dsb nafs al-qabil akan berhasil menggapai manfaat walau hanya dg berfikir sesaat, ketimbang proses belajar setahun yg dilakukan oleh suksma yg beku nafs al-jamid.
Jadi, engkau bisa meraih ilmu dg cara belajar, dan bisa juga mendapatkannya dg cara bertafakur. Walaupun sebenarnya dalam belajar itu juga memerlukan proses tafakur. Dan dg tafakur engkau tahu manusia hanya bisa mempelajari sebagian saja dari seluruh ilmu dan tidak bisa semuanya.
Banyak ilmu2 mendasar atau yg dsb annazhariyyah dan penemuan2 baru, berhasil dikuak oleh orang2 yg memilki kearifan. Dg kejernihan otak, kekuatan daya fikir dan ketajaman batin, mereka berhasil menguak hal2 tsb tanpa proses belajar dan usaha pencapaian ilmu yg berlebihan.
Dg bertafakur, manusia berhasil menguak ajaran sangkan paraning dumadi . Dg begitu terbukalah asumsi dasar dari keilmuan sehingga persoalan tidak berlarut2 dan segera tersingkap kebodohan yg menyelimuti kalbu.
Seperti telah kuberitahukan sebelumnya anakku, suksma tidak bisa mempelajari semua yg di inginka, baik yg bersifat sebagian ( juz’i / parsial ) maupun yg menyeluruh ( kulli / universal ) dg cara belajar. Ia harus mempelajari dg induksi, sebagian dg deduksi sebagaimana umumnya manusia dan sebagian lagi dg analogi yg membutuhkan kejernihan berfikir. Berdasarkan hal ini, ahli ilmu terus membentangkan kaidah2 keilmuan.
Ketahuilah anakku.
Seorang ahli ilmu tidak bisa mempelajari apa yg dibutuhkan seluruh hidupnya. Ia hanya bisa mempelajari keilmuan umum dan beragam bentuk yg merupakan turunannya dan hal itu menjadi dasar untuk melakukan qiyas terhadap berbagi persoalan lainnya. Begitu pula para tabib, tidaklah bisa mempelajari seluruh unsur obat2an untuk orang lain. Meraka hanya mempelajari gejala2 umum. Dan setiap orang diobati menurut sifat masing2 Demikian juga para ahli perbintangan, mereka mempelajari hal2 umum yg berkaitan dg bintang, kemudian berfikir dan memutuskan berbagai hukum.
Demikian juga halnya seorang ahli fikih dan pujangga. Begitu seterusnya, imajinasi dan karsa yg indah2 berjalan. Yang satu menggunakan tafakur sbg alat pukul, semacam lidi, sedangkan yg lain menggunakan alat bantu lain untuk merealisasikan.
Anakku jika pintu suksma terbuka, ia akan tahu bagaimana cara bertafakur dg benar dan selanjutnya ia bisa memahami bagaimana merealisasikan apa yg diinginkan. Karena itu hati pun menjadi lapang, pikiran jadi terbuka dan daya potensial yg ada dalam diri akan lahir menjadi aksi (perbuatan) yg berkelanjutan dan tak mengenal lelah.
B. Memahami Ilmu Kasampurnaan.
Ketahuilah anakku bahwa ilmu kasampurnaan itu ada 2 macam,
Pertama, diberikan melalui wahyu.
Apabila suksma manusia telah sempurna, niscaya akan sirna segala sesuatu yg dapat mengotori watak, seperti halnya sikap rakus dan impian semu. Suksma akan menghadap Sang Pencipta, merengkuh cintaNya dan berharap manfaat serta limpahan cahayaNya.
Allah akan menyambut suksma itu secara total. Tatapan Ketuhan memandanginya dan menjadikannya seperti papan. kemudian Allah akan menjadikan pena dari suskma sejati. Dan pena itu diukirkan ilmu pada papan tadi.
Suksma sejati laksana guru, suksma manusia suci ibarat sang murid. Sehingga dicapailah seluruh ilmu, dan padanya semua bentuk terukir tanpa proses belajar maupun berfikir. Dalilnya : “Dan Dialah yg mengajarkanmu apa2 yg tidak kamu ketahui” (QS. An-Nisa:213).
Ilmu para nabi lebih tinggi derajatnya dibandingkan ilmu mahluk2 yg lain. Karena ilmu tsb diperoleh langsung dari YME tanpa perantara. Kau bisa memahami dalam kisah para malaikat dg kanjeng Nabi Adam. Sepanjang usianya para malaikat terus belajar. Dan dg berbagi cara mereka berhasil mendapatkan banyak macam ilmu, sehingga mereka menjadi mahluk yg paling berilmu dan mahluk paling berpengetahuan.
Sementara itu Adam tidaklah tergolong ahli ngelmu karena ia tidak pernah belajar dan berjumpa dg seorang guru. Malaikat bangga dan dg besar hati mereka berkata:” padahal kami Senantisa bertasbih dg memuji Engkau dan mensucikan Engkau.” (QS. Al-Baqarah:30).
Kanjeng Nabi Adam kembali menuju Sang Pencipta. Lantas beberapa bagian dalam hati Kanjeng Nabi oleh Allah dikeluarkan ketika ia menghadap dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Lalu Allah ajarkan seluruh nama2 benda. “Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat, lantas Allah berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda2 itu jika kamu memang orang2 yg benar” (QS. Al-Baqarah:31).
Ketahuilah, malaikat menjadi kerdil dihadapan Adam. Ilmu mereka menjadi terlihat sempit. Mereka tak bisa berbangga dab besar hati, justru yg ada hanya rasa tak berdaya. “Maha Suci Engkau, tidak ada yg kami ketahui selain dari apa yg Engkau ajarkan kpd kami” (QS. Al-Baqarah:32).
Maka kepada mereka Adam diberitahukan bbrp bagian ilmu dan hal2 yg masih tersembunyi. Akhirnya jelaslah bagi kaum berakal, bahwa ilmu gaib yg bersumber dari wahyu lebih kuat dan lebih sempurna dibandingkan ilmu yg diperoleh dg penglihatan langsung.
Ilmu yg diperoleh melalui wahyu merupakan warisan dari hak para nabi. Namun mulai masa Kanjeng Nabi Muhammad pintu wahyu telah ditutup oleh Allah. Sebab Muhammad adalah penutup para nabi. Dia mewakili sosok paling berilmu dan paling fasih dikalangan manusia. Allah telah mendidiknya dg budi pekertinya menjadi baik.
Ketahuilah anakku, Ilmu Rasul itu lebih sempurna, lebih mulia, dan kuat. Karena ilmu tsb diperoleh langsung dari Sang Khalik. Beliau sama sekali tidak pernah menjalankan proses belajar-mengajar insani.
Ilmu Kasampurnaan yg Kedua,
disampaikan sebagai ilham yaitu peringatan suksma sejati terhadap suksma manusia berdasarkan kadar kejernihan, penerimaan dan daya kesiapannya. Ilham boleh dikatakan mengiringi wahyu. Kalau wahyu merupakan penegasan perkara gaib, maka ilham merupakan penjelasannya. Ilmu yg diperoleh dg wahyu itulah sejatinya ilmu kenabian, sedangkan yg diperoleh dg ilham itulah sejatinya ilmu kewalian.
Ilmu kewalian diperoleh secara langsung, tanpa perantara antara suksma dan Sang Pencipta. Ilmu Kasampurnaan itu laksana secercah cahaya dari alam gaib, yang datang menerpa hati yg jernih, hampa dan lembut.
Semua ilmu merupakan produk pengetahuan yg diperoleh dari suksma sejati yg terdapat dalam inti sangkan paraning dumadi
dg menisbatkan pada RASA SEJATI, seperti penisbatan Siti Hawa kepada Kanjeng Nabi Adam.
Ketahuilah anakku, rasa sejati lebih mulia, lebih sempurna dan lebih kuat dari disisi Allah dibandingkan suksma sejati. Sedangkan suksma sejati lebih terhormat, lebih lembut dan lebih mulia dibandingkan mahluk2 lain.
Adapun ilham itu terlahir dari melimpahnya rasa sejati dan juga terlahir dari melimpahnya pancaran sinar suksma sejati. Jika wahyu menjadi perhiasan para nabi, maka ilham menjadi perhiasan para wali. Adapun ilmu yg diperoleh dari wahyu adalah sebagaimana suksma tanpa rasa atau wali tanpa nabi. Begitu pula ilham tanpa wahyu akan menjadi lemah. Ilmu akan menjadi kuat jika dinisbatkan kepada wahyu yg bersandar pada penglihatan ruhani. Itulah ilmu para nabi dan wali
Ketahuilah, ilmu yg diperoleh dg wahyu hanya khusus bagi para rasul, seperti diberikan kepada Adam, Musa, Ibrahim, Isa, Muhammad saw dan para rasul lain. Itulah yg menbedakan antara risalah dg nubuwwah .
Adapun nubuwwah adalah perolehan hakikat dari ilmu dan rasionalitas2 oleh suksma yg suci kepada orang2 yg mengambil manfaat. Barangkali perolehan semacam itu didapat salah satu suksma, tetapi ia tidak berkewajiban menyebarkannya karena suatu alasan dan oleh sebab2 tertentu.
Ilmu kasampurnaan menjadi milik seorang nabi dan wali, sebagaimana dimilki Khidir a.s. Hal itu terdapat pd dalil: “Dan yg telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS. Al-Kahfi:65).
Ingatlah ketika khalifah Ali berujar: “Kumasukan lisanku kemulutku, hingga terbukalah dihatiku seribu pintu ilmu, yg pada setiap pintu terdapat seribu pintu yg lain”. Dan ia berkata: “Andai kuletakkan bantal dan aku duduk diatasnya, niscaya aku akan mengambil putusan hukum bagi penganut Taurat berdasarkan Taurat mereka, bagi penganut Injil berdasarkan Injil mereka, dan bagi penganut al-Quran berdasarkan al-Quran mereka”.
Derajat seperti ini tidak bisa diterima dg melalui ilmu kemanungsa semata yg hanya dari pembelajaran insani. Pastilah seseorang yg telah mencapai derajat tsb telah dikarunia ilmu kasampurnaan.
Jika Allah menghendaki kebaikan pada dirimu, Dia akan menyingkap tabir atau hijab yg menhalangi dirimu dg suksma yg menjadi papan itu. Dg demikian, sebagian rahasia dari apa2 yg tersembunyi akan ditampakan pdmu. segenap makna yg terkandung didalam rahasia tsb akan terpahat pd suksmamu. Dan suksma itupun mengungkapkan sebagaimana engkau ingin karena dikehendakiNya..
Sejatinya, kearifan bisa lahir dari ilmu kasampurnaan. Selama engkau belum mencapai derajat atau tingkatan ini, engkau tidak akan menjadi seorang arif.
Karena kearifan merupakan pemberian Hyang Widi.
Dalilnya : ” Allah menganugrahkan al-hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar2 telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang2 yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran ” (QS. Al-Baqarah:269).
Hal itu karena orang2 yg berhasil mencapai ilmu kasampurnaan tidak perlu lagi banyak berusaha memahami ilmu secara induktif dan berpayah-payah belajar. Orang yg demikian sedikit belajar, banyak mengajar, sedikit capai, banyak istirahat.
Ketahuilah anakku, setelah wahyu terputus dan sesudah pintu risalah ditutup, umat manusia tidak lagi membutuhkan kehadiran rasul atau utusan. Mereka tidak lagi memerlukan penampakan dakwah setelah penyempurnaan agama. Bukanlah termasuk kearifan menampakan nilai lebih tidak berdasarkan kebutuhan.
Tapi ketahuilah anakku, pintu ilham itu tidak pernah ditutup. Pancaran cahaya suksma sejati tidak pernah terputus. Karena suksma terus membutuhkan arahan, pembaharuan dan peringatan. Umat manusia tidak memerlukan risalah dan dakwah, tetapi masih membutuhkan peringatan sebagai akibat dari tenggelamnya mereka pada rasa was-was dan terhanyut oleh gelombang syahwat.
Karena itu Allah menutup pintu wahyu sebagai pertanda bagi hamba-Nya dan membuka pintu ilham sebagai rahmat serta menyiapkan segala sesuatu menyusun tingkatan2 supaya mereka tahu bahwa Allah Maha Lembut kepada hamba2-Nya, memberikan rezeki kepada siapa saja yg dikendaki tanpa perhitungan. Selesai sudah nasehatku tentang kawruh kesejatian yg kubeberkan padamu. Hendaklah engkau bisa menggunakan sebaik mungkin.
Dengan sikap takzim, Raden Paku ( Sunan Giri ) menerawang ke depan membayangkan wajah ayahandanya mengucapkan sendiri kata2 yg barusan dibacanya. Digengamnya erat2 lembaran lontar itu, lalu didekapkan didada serasa hendak menggoreskan makna dalam hatinya. Suatu makna dari nasehat orang suci yg tak lain adalah ayahandanya sendiri Syeh Wali Lanang / Syeh Awallul Islam ( Maulana Ishak ), lelaki suci keturunan manusia utama.

Rabu, 25 Agustus 2010

Syekh Nawawi Al-Bantany

Syekh Nawawi dilahirkan pada tahun 1230 Hijriyah (1815 Masehi) di desa Tanara, Banten. Ayahnya, Umar Ibnu Arabi ada1ah penghulu kecamatan di Tanara. Beliau mengajar sendiri putera-puteranya (Nawawi, Tamim dan Ahmad) pengetahuan dasar dalam bahasa Arab, fiqh, dan tafsir. Ketiga putera tersebut kemudian melanjutkan pelajarannya kepada Kyai Sahal (masih di daerah Banten). Setelah itu mereka melanjutkan lagi pelajaran di Purwakarta kepada Kyai Yusuf, seorang kyai terkena yang menarik santri-santri dari daerah-daerah jauh di seluruh Jawa, terutama dari daerah Jawa Barat waktu itu. Kemudian mereka melakukan ibadah haji sewaktu masih muda. Syekh Nawawi waktu itu berumur 15 tahun dan tingga1 di Mekkah selama 3 tahun. Rupanya kehidupan intelektual di Mekkah sangat menarik hati Nawawi, sebab tidak lama setelah ia tiba di Banten ia kemudian belajar lagi ke Mekkah dan tinggal di sana seterusnya sampai meninggalnya.
Di Mekkah, antara tahun 1830-1860 , Syekh Nawawi belajar di bawah bimbingan ulama terkenal, antara lain Khatib Sambas, Abdulgani Bima, Yusuf Sumbulaweni, Nahrawi dan Abdulhamid Daghestani Antara 1860-1870 ia mengajar di Masjid Haram dalam waktunya yang senggang, sebab antara tahun-tahun tersebut Nawawi sudah secara aktif menulis buku-buku. Tetapi setelah tahun 1870 ia memusatkan ,aktivitasnya untuk menulis. Nawawi seorang yang produktif dan berbakat; tulisan-tulisannya meliputi karya pendek yang berisi tentang pedoman-pedoman ibadah sampai kepada tafsir Qur'an yang cukup tebal yang terdiri dan 2 jilid, yang diterbitkan di Mesir tahun 1887. Sarkis menyebutkan 38 karya Syekh Nawawi yang penting. 23 Beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir antara lain :
  1. Syarah AI-Jurumiyyah, isinya tata bahasa Arab, terbit tahun 1881. 
  2. Lubab AI-Bayan (1884). 
  3. DhariyatAI-Yaqin; isinya tentang doktrin-doktrin Islam, dan me- rupakan komentar atas karya Syekh Sanusi, terbit 1886. 
  4. Fathul Mujib. Buku ini merupakan komentar atas karya Adurr Al-farid, karya Syekh Nahrawi (guru Nawawi) yang terbit tahun 1881, dan 3 buah buku lagi yang berisi, selain doktrin-doktrin pokok, uraian tentang lima bagian-bagian penting daripada hukum Islam, dan lima rukun Islam.
  5. Dua jilid komentar tentang syair maulid karya Al Barzanji. Karya ini sangat penting sebab selalu dibacakan dalam perayaan-perayaan Maulid.  
  6. Syarah Isro'Miraj juga karangan Al Barzanji.
  7. Syarah tentang syair Asmaul Husna. 
  8. Syarah Manasik Haji karangan Syarbini yang terbit tahun 1880.
  9. Syarah Suluk AI-Jiddah (1883). 
  10. Syarah Sullam AI-Munajah (1884) yang membahas tentang berbagai persoalan ibadah. (Buku asli no.9 dan 10 dikarang oleh Syekh Hadrami).  
  11. Tafsir murah Labib.
Di samping itu Syekh Nawawi juga menu1is pembahasan secara meluas tentang usul fiqh dan fiqh. Seperti nampak da1am contoh-contoh di atas, karya-karya Syekh Nawawi hampir kesemuanya merupakan pembahasan lebih jauh atas karya pengarang-pengarang besar yang mendahuluinya. Syekh Nawawi menjadi terkenal dan dihormati karena keahliannya menerangkan kata-kata dan kalimat-kalimat Arab yang artinya tidak jelas atau sulit dimengerti yang tertulis dalam syair terkenal yang bernafaskan keagamaan. Kemasyhuran Syekh Nawawi dikenal secara luas di hampir seluruh dunia Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama di negara-negara yang menganut faham Syafiiyyah. Di Kairo ia sangat terkenal. Buku tafsirnya Murah Labib yang terbit di sana diakui mutunya dan memuat persoalan-persoalan penting sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan ulama Al Azhar. Demikian terkenalnya nama Syekh Nawawi sehingga dalam cetakan tafsir tersebut ia diberi julukan "Sayyid ulama al Hijaz " yang artinya "pemimpin para ulama Hijaz ".
Di Indonesia Syekh Nawawi tentu saja sangat terkenal. la menjadi kebanggaan sebagai seorang putera Indonesia yang kealimannya diakui di dunia Arab. Semua buku-buku yang disebutkan di atas secara luas dipelajari di pesantren-pesantren Jawa. Perlu ditekankan di sini, walaupun Syekh Nawawi tidak mengikuti Syekh Sambas memimpin sebuah organisasi tarekat, namun ia tidak melepaskan ikatan intelektual dan spiritualnya dengan Syekh Sambas. Dengan kata lain, Syekh Nawawi. tidak menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran- ajaran Islam. Sikap Syekh Nawawi inilah yang menyebabkan nama- nya di Jawa tetap harum sampai sekarang.

Umpan Balik yang Efektif bagi Siswa

Guru KonstruktivisUmpan balik merupakan sebuah proses di kelas yang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti praktik pembelajaran sejak tahun 1970-an hingga sekarang ini. Secara konsisten, para peneliti telah menemukan bukti-bukti bahwa ketika guru mampu menggunakan prosedur umpan balik yang efektif ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya. Bahkan, hasil studi yang dilakukan Bellon, Bellon, dan Blank menunjukkan bahwa dibandingkan dengan berbagai perilaku mengajar lainnya, pemberian umpan balik akademik  ternyata lebih berkorelasi dengan prestasi belajar siswa. Dengan tanpa memandang kelas, status sosial ekonomi, ras, atau keadaan sekolah korelasi ini cenderung konsisten. Ketika umpan balik dan prosedur korektif digunakan secara tepat ternyata sebagian besar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya hingga di atas 20% .
Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah dialog instruksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri, dan bukanlah sebuah praktik yang terpisahkan.
Terkait dengan umpan balik yang efektif ini, Black dan Wiliam mencatat tiga komponen penting yaitu:
(1) Recognition of the desired goal.
Umpan balik diberikan sebagai respons atas kinerja siswa. Kinerja siswa adalah kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas berbagai tujuan pembelajarannya. Guru harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai secara jelas dan dapat mengkomunikasikannya pada awal pembelajaran, baik tentang wilayah materi, indikator kurikuler maupun penguasaan tujuan.
Salah satu metode yang cukup efektif untuk memastikan bahwa siswa memahami tujuan pembelajarannya yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam menetapkan “kriteria keberhasilan” yang bisa dilihat atau didengar. Misalnya, guru dapat memperlihatkan beberapa contoh produk sebagai tujuan pembelajaran yang patut ditiru oleh para siswa, menunjukkan kalimat-kalimat yang benar dengan ditulis menggunakan huruf kapital, kesimpulan yang diambil dari data, penyajian tabel atau grafik dan sejenisnya.
Apabila para siswa telah dapat memahami tentang kriteria keberhasilan pembelajarannya, mereka akan terbantu untuk mengarahkan belajarnya dan mereka akan lebih mampu untuk melaksanakan proses pembelajarannnya
Selain memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran, guru juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami indikator dari tingkat penguasaan tujuan pembelajarannya, baik secara lisan, tertulis maupun dalam bentuk lainnya.
(2) Evidence about present position
Istilah ”bukti” di sini menunjuk kepada informasi atau fakta tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, khusunya tentang sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan sejauhmana tujuan pembelajaran itu belum tercapai.
Grant Wiggin mengemukakan bahwa umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian atau celaan, persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan nilai atau makna. Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa yang telah dilakukan dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik juga harus bersifat obyektif, deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat tujuan pembelajaran masih segar dalam benak siswa.
Salah satu cara pemberian umpan balik yang cukup bermakna yaitu dengan membandingkan produk siswa dengan kriteria keberhasilan telah telah dikomunikasikan sebelumnya. Contoh sederhana pemberian umpan balik yaitu dengan membuat sebuah format tentang “Daftar Kriteria Keberhasilan”. Dalam daftar tersebut, guru dapat memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang telah berhasil dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum dipenuhinya.
(3) Some understanding of a way to close the gap between the two.
Umpan balik yang efektif yaitu harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa tentang bagaimana melakukan perbaikan. Black dan Wiliam menegaskan bahwa setiap siswa harus diberi bantuan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Guru tidak hanya memberikan umpan balik yang mencerminkan tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran siswanya, tetapi juga harus dapat memberikan strategi dan tips tentang cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan, serta kesempatan untuk menerapkan umpan balik yang diterimanya.
Wiggins meyakini bahwa melalui siklus umpan balik ini dapat menghasilkan keunggulan kinerja siswa. Oleh karena itu, siswa harus senantiasa memiliki akses rutin terhadap kriteria dan standar-standar tugas yang harus dituntaskannya; mereka juga harus memperoleh umpan balik dalam upaya menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka harus memiliki kesempatan untuk memanfaatkan umpan balik untuk memperbaiki kerjanya serta mengevaluasi kembali terhadap standar
Sumber :
Terjemahan bebas dari judul asli : Providing Students with Effective Feedback. Academic Leadership Jounal online Volume 4 – Issue 4 Feb 12, 2007

Kesulitan Belajar dan Bimbingan Belajar


Oleh :  Akhmad Sudrajat
A. Kesulitan Belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
  1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
  2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
  3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
  4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
  3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
  4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
  5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
  6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
  1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
  2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
  3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
1. Tujuan pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.
2. Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.
Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata – rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.
3. Perbandingan antara potensi dan prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.
4. Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.
B. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
  1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
  2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
  3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
  4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
  5. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
  • Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
  • Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
  • Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
  1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
  2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
  3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
  4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
  5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
  6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
  7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya
Sumber bacaan :
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta : IPBI
Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia

Apa komentar Anda?

Pengikut